Rabu, 28 Mei 2008

DAFTAR KEGIATAN

DAFTAR KEGIATAN SELAMA 1 MINGGU

Kamis, 22 Mei 2008

Saya bersiap – siap untuk berangkat keKampus dan sebelum berangkat sarapan terlebih dahulu, setelah sarapan saya berangkat kuliah dengan mengendarai motor kira – kira jam 9 pagi. Sesampainya dikampus saya menunggu dosen yang datang dilobi gedung sampai – sampai saya tidak sadar kalau dosen sudah masuk kelas lebih awal dan akhirnya saya tidak diizinkan masuk kekelas. Akhirnya saya mengambil keputusan untuk pulang saja, karena masih lama untuk menunggu mata kuliah selanjutnya, sebelum pulang saya mampir sebentar ke Mall untuk berbelanja kebutuhan rumah dan sekalian makan siang disana. Setelah selesai berbelanja saya pulang kerumah kira – kira jam 12 siang, suasana hari ini sungguh sangat panas terik, setelah sampai dirumah saya shalat zuhur dan istirahat akhirnya ketiduran sampai kelupaan kalau masih ada 1 mata kuliah lagi. Akhirnya saya sudah terlanjur malas untuk berangkat keKampus dan hanya menonton tv lalu mengerjakan PI. Jam 5 – jam 6 sore saya dan adik pergi keGOR untuk main bulu tangkis, sepulangnya dari sana saya langsung mandi dan shalat maghrib. Baru setelah itu saya lanjutkan kembali mengerjakan PI dan tugas – tugas kuliah lainnya, setelah itu saya shalat isya dan tidur.

Jum’at, 23 Mei 2008

Saya terbangun jam 5 subuh untuk shalat subuh, setelah shalat saya berbaring kembali dan terbangun jam 6 pagi untuk mandi, lalu saya sarapan dan berangkat kuliah jam 08.30. sesampainya dikampus saya langsung masuk kedalam kelas karena kebetulan dosennya sudah masuk dan mengikuti pelajarannya, setelah selesai mata kuliah yang pertama saya langsung keMasjid untuk shalat Jum’at. Setelah shalat jum’at saya makan siang. Setelah selesai kuliah kira – kira jam 4 sore saya langsung pulang kerumah sebelum pulang saya mampir keATM untuk mengambil uang baru setelah itu saya pulang kerumah. Setelah sampai saya mandi dan shalat ashar baru makan sore bersama keluarga. Setelah makan saya menonton TV dan shalat isya, selesai shalat saya melanjutkan PI saya yang belum selesai. Setelah lelah saya berhenti dan berbenah – benah pakaian dan peralatan lain karena besok subuh rencana keluarga ingin kePuncak dan sekalian keBandung untuk mengisi hari libur. Setelah selesai berbenah saya tidur.

Sabtu , 24 Mei 2008

Jam 4 pagi bangun tidur saya merapikan kembali dan mengecek apakah ada barang yang tertinggal, Setelah selesai lalu mandi dan shalat subuh, baru kami sarapan kira – kira jam 05.30 saya dan keluarga berangkat kePuncak, kami berangkat lebih pagi karena menghindari macet diperjalanan. Sesampainya diPuncak kami mampir dulu keGunung mas untuk lari pagi dan main bulu tangkis.
Lalu pada jam 12.00 siang kami pergi mencari Hotel untuk beristirahat, makan dan menginap. Sesampainya diHotel saya langsung mandi dan shalat zuhur lalu makan siang karena kelelahan habis olahraga saya tertidur sampai jam 5 sore, setelah bangun saya langsung mandi dan shalat ashar baru saya dan keluarga pergi mencari makan diluar dan setelah makan kira – kira jam 07 malam kami pergi keMasjid At-ta’aun untuk shalat isya dan sekalian menikmati suasana malam sambil makan jagung baker disana. Dan kami pulang kembali keHotel pada jam 10 malam. Sesampainya diHotel saya lansung tertidur pulas mungkin karena kecapean seharian jalan – jalan apalagi macet.

Minggu, 25 Mei 2008

Saya bangun kesiangan kira – kira jam 8 pagi dan saya tidak shalat subuh, setelah bangun saya dan adik saya pergi kekolam renang untuk mandi. Setelah berbilas habis berenang saya dan keluarga mencari sarapan bubur didepan Hotel. Setelah sarapan saya dan keluarga check out dan berangkat keBandung untuk jalan – jalan sekalian berbelanja dalam perjalanan kami mampir sebentar untuk makan siang ditempat peristirahatan pinggir Tol. Setelah jalan – jalan mengelilingi kota Bandung kami langsung berangkat pulang kerumah dan dalam perjalanan saya tertidur pulas dan ketika bangun kami sudah didepan rumah. Lalu saya berbenah pakaian dan setelah itu mandi dan shalat isya barulah saya lanjutkan tidurnya untuk mempersiapkan kuliah besok.

Senin, 26 Mei 2008

Saya bangun tidur jam 5 subuh untuk shalat, setelah selesai shalat saya nonton TV sambil meneruskan tidur sampai jam setengah 7 pagi. Lalu mandi setelah mandi saya mengantar adik pergi keSekolah. Setelah itu sampai dirumah saya ganti pakaian dan sarapan karena ingin pergi kuliah. Slesainya sarapan saya berangkat kuliah kira – kira jam 9 pagi. Sampai dikampus saya menjalani acara perkuliahan kebetulan ada 1 mata kuliah yang dosennya tidak masuk dan saya pergi keInternet Lounge untuk browsing sebentar setelah itu saya masuk mata kuliah berikutnya sampai jam 5 sore. Saya lansung pulang kerumah sebelum sampai saya mampir kePOM bensin untuk mengisi bahan baker motor. Sampai dirumah saya langsung makan sore, mandi dan shalat ashar, karena waktunya mepet dengan shalat maghrib setelah selesainya shalat ashar saya langsung shalat maghri. Lalu saya belajar sebentar sambil main komputer dan saya tidur jam 11 malam setelah shalat isya.

Selasa, 27 Mei 2008

Seperti biasa saya bangun jam 5 subuh untuk shalat setelah itu saya meneruskan tidur sampai jam 8 pagi. Karena hari ini saya tidak ada jam kuliah saya hanya dirumah & main komputer seharian sempat berhenti karena ingin makan siang dan shalat zuhur lalu saya teruskan main komputernya. Jam 3 siang saya mengantar mama pergi untuk mencari bingkai foto sekalian belanja kebutuhan rumah, setelah selesai belanja kami pulang. Sampai dirumah saya mandi dan shalat ashar selesai shalat saya makan sore bersama keluarga. Lalu shalat maghrib setelah shalat saya pergi main bulu tangkis diGOR dan pulang jam setengah 9 malam dan saya langsung mandi, shalat isya. Karena kecapean saya tidur dan bangun jam setengah 1 malam untuk menonton sepak bola, tetapi ketiduran.

Rabu, 28 Mei 2008

Saya bangun kesiangan karena abis nonton bola semalam, saya bangun jam 9 pagi dan langsung mandi lalu sarapan. Hari ini saya tidak ada jam kuliah dan saya mengerjakan tugas – tugas kuliah setelah selesai saya shalat zuhur dan makan siang selesainya saya makan saya berangkat kekampus untuk mengambil surat keterangan kuliah untuk keperluan kantor. Setelah selesai saya mampir ke toko roti untuk membeli pesanan orang tua saya, lalu sya pulang kerumah dan istirahat sebentar. Lalu sya mandi dan shalat ashar selesainya shalat saya makan sore, lalu saya pergi keWarnet untuk browsing sekalian mengerjakan tugas kuliah. Setelah selesai rencananya saya langsung pulang kerumah, mkan lalu main computer dan tidur.

Rabu, 21 Mei 2008

riset akuntansi

URNAL
KUNTANSI DAN
EUANGAN
Evaluasi Pengungkapan Informasi Pertanggungjawaban Sosial Pada Laporan
Tahunan Perusahaan Dalam Kelompok Aneka Industri Yang Go Publik di
BEJ
Edwin Mirfazli dan Nurdiono
Analisis Pengaruh Interaksi Laba Dengan Laporan Arus Kas Terhadap Return
Saham (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Di BEJ)
Kiagus Andi
Penerapan PSAK Nomor 45 Pada Organisasi Pengelola Zakat
Nurdiono
Riset Anggaran Untuk Rakyat Studi Kasus:APBD Kota Bandar Lampung
Marselina Djayasinga
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat Keluasan
Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Sektor Industri Barang Konsumsi Di
Bursa Efek Jakarta
Yuliansyah, Yenny Megawati
Auditing E-Commerce: Proses Pengumpulan Dan Validasi Bukti Audit
Saring Suhendro
Analisis Manufacturing Cycle Effectiveness Dalam Meningkatkan Cost
Effective Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit
Yulia Saftiana, Ermadiani, R. Weddie Andriyanto
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Mengadopsi Sistem
Pemotongan Pajak Pada Perusahaan-Perusahaan Foreign Exchange Berbasis
Internet
Agus Zahron
Analisa Penerapan Sistem Just In Time Untuk Meningkatkan Efisiensi Dan
Produktivitas Pada Perusahaan Industri
Yenni Agustina, Dewi Sukmasari, Ermadiani
Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan, ISSN 1410 – 1831 Volume 12 No. 1, Januari 2007
Jurnal Akuntansi
dan Keuangan Vol. 12 No.1 Hal. 01-146 Bandarlampung
Januari 2007
ISSN
1410 - 1831
JAK
JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN
Penanggung Jawab : Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, M.Sc.
(Rektor Universitas Lampung)
Pembina : Prof. Dr. Ir. Tirza Hanum, M.Sc.
(Pembantu Rektor I Universitas Lampung)
Dr. John Hendri, M.Si.
(Ketua Lembaga Penelitian Universitas Lampung)
Toto Gunarto, S.E., M.Si.
(Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung)
Pimpinan Umum : Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Lampung
Dewan Editor
Ketua : Prof. Dr. Zaki Baridwan, M.Sc., Akt.
Wakil Ketua : Farid Djahidin, S.E., Akt.
Sekretaris : Edwin Mirfazli, S.E., Akt.
Anggota 1. Prof. Dr. Bambang Sudibyo, M.B.A., Akt.
2. Dr. Gudono, S.E., M.B.A., Akt.
3. Nawawi Munaf, S.E., Akt.
4. Kiagus Andi, S.E., M.Si., Akt.
5. Farichah, S.E., M.Si., Akt.
6. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt.
7. A. Zubaidi Indra, S.E., Akt.
8. R. Weddie Andriyanto, S.E., Akt.
9. Susi, S.E., M.B.A., Akt.
10. Tri Joko Prasetyo, S.E., M.Si.
Bendahara : Nurdiono, S.E., M.M., Akt.
Redaktur Produksi : 1. Lindrianasari, S.E., M.Si., Akt.
2. Fajar Gustiawaty Dewi, S.E., M.Si., Akt.
3. Reni Oktavia, S.E.
4. Ikhman Alhakki, S.E.
Tata Usaha dan Kearsipan : 1. Setteng
2. Legino
Distribusi dan Sirkulasi : Elvi Sukendri, S.E.
Alamat Redaksi : Gedung E Lantai 1, Fakultas Ekonomi
Universitas Lampung
Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro no.1
Gedungmeneng- Bandarlampung, 35145
Telp./Fax. (0721) 786749
Jurnal Akuntansi dan Keuangan merupakan media komunikasi ilmiah, diterbitkan dua kali setahun
oleh Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, berisikan ringkasan hasil penelitian,
skripsi, tesis, dan disertasi.
JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN
DAFTAR ISI
Evaluasi Pengungkapan Informasi Pertanggungjawaban Sosial Pada Laporan
Tahunan Perusahaan Dalam Kelompok Aneka Industri Yang Go Publik di
BEJ
Edwin Mirfazli dan Nurdiono ……………………………………………………… 01-11
Analisis Pengaruh Interaksi Laba Dengan Laporan Arus Kas Terhadap
Return Saham (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Di BEJ)
Kiagus Andi …………………………………………………………………………… 13-18
Penerapan PSAK Nomor 45 Pada Organisasi Pengelola Zakat
Nurdiono ……………………………………………………………………………… 20-47
Riset Anggaran Untuk Rakyat Studi Kasus:APBD Kota Bandar Lampung
Marselina Djayasinga ………………………………………………………………… 49-79
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat Keluasan
Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Sektor Industri Barang Konsumsi Di
Bursa Efek Jakarta
Yuliansyah, Yenny Megawati ………………………………………………………… 81-90
Auditing E-Commerce: Proses Pengumpulan Dan Validasi Bukti Audit
Saring Suhendro ……………………………………………………………………… 91-105
Analisis Manufacturing Cycle Effectiveness Dalam Meningkatkan Cost
Effective Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit
Yulia Saftiana, Ermadiani, R. Weddie Andriyanto ……………………………… 107-121
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Mengadopsi Sistem
Pemotongan Pajak Pada Perusahaan-Perusahaan Foreign Exchange Berbasis
Internet
Agus Zahron …………………………………………………..……………………… 123-133
Analisa Penerapan Sistem Just In Time Untuk Meningkatkan Efisiensi Dan
Produktivitas Pada Perusahaan Industri
Yenni Agustina, Dewi Sukmasari, Ermadiani …………………………………… 135-146
Evaluasi Pengungkapan Informasi Pertanggungjawaban
Sosial Pada Laporan Tahunan Perusahaan Dalam
Kelompok Aneka Industri Yang Go Publik di BEJ
Oleh:
Edwin Mirfazli 1 dan Nurdiono
ABSTRACT
The paper draw disclosure corporate social responsibility from annual report company
which go public at Jakarta Stock Exchange (JSX). Corporate Social Responsibility
(CSR) was identify, evaluate and measure effect of company and communicate to the
stock holder and saw how much the disclosure about social responsibility accounting in
annual report.
Its use coding process to annual report with use content analysis which specially for
indexing yes or no approach. There are 16 members of JSX for Multiple Industry Group
include High-Profile and Low Profile.
The research results show the significant different between High-Profile and Lowprofile
for disclosure about corporate social responsibility in annual report. P-Value
0.035 <> t-tabel, maka H0 ditolak atau P-value <> 0,05
Dalam menguji hipotesis yang diteliti, peneliti menggunakan bantuan Software ststistik
MiniTab versi 13.
G. Analisis
Berdasarkan data yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, terdapat 356 emiten yang
terdaftar. Dari jumlah populasi tersebut terdapat 32 emiten yang termasuk perusahaan
dalam Kelompok Aneka Industri. Berdasarkan kriteria penentuan sampel, yang
memenuhi untuk dijadikan sampel yaitu sebanyak 5 emiten yang termasuk dalam hihgprofile
dari populasi sejumlah 6.Sedangkan untuk kelompok aneka industri low-profile
dari populasi sejumlah 16 data yang tersedia sejumlah 11 emiten.
Tabel 1. Jumlah Perusahaan yang dijadikan Sampel Penelitian Kelompok Aneka
Industri.
TIPE PERUSAHAAN JML.POPULASI JML.SAMPEL %
Hihg-Profile 6 5 47,16%
Low-Profilei 16 11 35,41%
Jumlah 32 16 41,58%
Sumber : Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) BEJ (2006)
1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Dari hasil perhitungan pada lampiran output MiniTab (lampiran 5) dapat diketahui
bahwa pengungkapan sosial perusahaan dalam kelompok aneka industri high profile
mempunyai nilai minimum 6 (enam) dan maksimum 25 (dua puluh lima) dengan ratarata
16,1667 dan memiliki standar deviasi 7,46771. Sedangkan perusahaan dalam
kelompok aneka industri low-profile mempunyai nilai minimum 5 (lima) dan
maksimum 20 (dua puluh ) dengan rata-rata 9,63636 dan memiliki standar deviasi
4,27253. Jumlah pengungkapan sosialnya paling minimum yaitu INDR dan perusahaan
yang pengungkapan sosialnya paling tinggi yaitu ASII Sedangkan jumlah
pengungkapan sosial untuk perusahaan yang lainnya tersebar diantara 5 (lima) dan 25
(dua puluh lima).
DAFTAR ISI
Evaluasi Pengungkapan Informasi ……. (Edwin Mirfazli dan Nurdiono)
9
2. Hasil Uji Normalitas
Pengujian normalitas distribusi data menggunakan uji Two Sample Kolmogorov-
Smirnov Test dengan tingkat keyakinan 95% dengan N=5 pada kelompok aneka
industri hihg profile serta N=11 untuk kelompok aneka indutri low profile. Dari hasil
proses pengolahan data dengan menggunakan software MiniTab ver 13, maka di
dapatkan hasil yang di gambarkan melalui grafik yang menunjukkan data berdistribusi
normal (lampiran 1 dan 2).
3. Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesa komparatif jumlah pengungkapan sosial antara perusahaan highprofile
dan low-profile dilakukan dengan menggunakan uji-z (uji-t) untuk komparasi
dua sampel independen pada tingkat keyakinan 95%, dengan ketentuan sebagai berikut :
• Apabila P_Value. <> 0,05 : H0 diterima dan Ha ditolak.
Dari hasil lampiran output MiniTab (lampiran 3 ) diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil uji-t (Seluruh Tema) dengan tingkat keyakinan 95% dengan df=25.
TIPE
PERUSAHAAN MEAN STD.
DEV.
T
VALUE
P
VALUE KEPUTUSAN
High-Profile
Low-Profile
16,17
9,64
7,47
4,27 2,32 0,035
H0 ditolak, Ha
diterima
Berdasarkan tabel diatas, nilai P_Value. 0,035 < effort =" 2." pajak =" Kontribusi" pad =" Kontribusi" apbd =" DAU" apbd =" PAD" retribusi =" Retribusi" pad =" Penerimaan" lain =" Penerimaan" pembangunan =" PAD" daerah =" (Sisa" perimbangunan =" Total" desentralisasi =" Total" aparatur =" Belanja" publik =" Belanja" pegawai =" Belanja" pinjaman =" Pokok" sektor =" Jumlah" fisik =" Total" fisik =" Total" anggaran =" penerimaan" defisit =" Defisit" x =" Total" y=" Total" z =" Total" y=" Total" dinas =" Rp" dinas =" Rp" anggur =" 0" dinas =" Rp" disnaker =" Rp" kb =" 3.849.519.060" h1 =" Tingkat" h2 =" Tingkat" h3 =" Ukuran" h4 =" Struktur" y =" a" y =" Indeks" a =" Konstanta" b4 =" Koefisien" x1 =" Current" x2 =" Debt" x3 =" Total" x4 =" Saham" ei =" error" y =" 0,612">A>S 90 evaluation/2, one-write plus,
Peachtree, Platinum series accounting, ready-to-run accounting, real world
accounting, SBT pro series, Solomon series.
b. Spreadsheet software
Mencakup program-program seperti commander prism, DS LAB, Excel, Improv,
Express, Focus, IFPS, Javelin plus, SAS, Statistic SPSS.
c. Data-Base Management system software
Mencakup program-program Acces, Dbase, Fox Pro, Oracle, Paradox.
d. Expert system software
Mencakup program-program EXSYS, KDS, Level-5, OPS 5, Personal consultant,
Visual expert, VP-expert, First class fusion.
e. Neural network software
Terdiri dari program-program model quest, autonet, brainmaker, neural works
professional.
f. Wordprocessing software
Terdiri dari program-program MS word, professional write plus, word perfect, word
pro.
VI. VALIDASI BUKTI AUDIT ELEKTRONIK
Komite praktik audit internasional (1991) dalam Chien-Chih Yu et al.(2000)
menyebutkan bahwa penggunaan komputer akan menghasilkan rancangan sistem yang
memberikan bukti yang kurang kelihatan daripada menggunakan prosedur manual.
Sistem ini mungkin dapat diakses oleh sejumlah orang dalam jumlah yang lebih banyak.
Karakteristik sistem yang merupakan hasil dari sifat pemrosesan computer information
system meliputi:
a. Tidak adanya dokumen masukan.
Data dimasukkan secara langsung kedalam sistem komputer tanpa adanya dokumen
pendukung. Dalam beberapa sistem transaksi on-line, bukti tertulis dari data
individual masuk dengan otorisasi (seperti persetujuan untuk entry pemesanan)
mungkin diganti dengan prosedur lain, seperti pengendalian otorisasi yang diisi
dalam program komputer (contoh: pemgesahan batas kredit).
b. Tidak adanya jejak traksaksi (transaction trail)
Data tertentu dijaga hanya pada file komputer. Dalam sistem manual, data secara
normal mengikuti transaksi melalui sistem dengan dokumen sumber, books of
account, records, file dan laporan-laporan. Dalam lingkungan computer
information system jejak transaksi terpisah dalam bentuk mesin yang dapat dibaca,
dan hanya ada pada periode waktu yang terbatas.
DAFTAR ISI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12 No. 1, Januari 2007
100
c. Tidak adanya keluaran yang dapat dilihat dengan mata
Transaksi atau hasil pemrosesan tertentu tidak dicetak. Dalam sistem manual, dan
dalam computer information system secara normal dilakukan secara visual hasil
pemrosesan. Dalam computer information system, hasil pemrosesan tidak dicetak,
atau hanya ringkasan data yang dicetak. Jadi, kurangnya output yang kelihatan
merupakan hasil dalam perlunya akses data dipertahankan dalam file yang dapat
dibaca oleh komputer.
d. Kemudahan mengakses data dan program komputer
Data dan program komputer dapat diakses dan dirubah pada komputer melalui
penggunaan peralatan komputer dari jarak jauh. Karena itu, dengan tidak adanya
pengendalian yang memadai, akan meningkatkan potensi akses-akses yang tidak
terotorisasi yang mengubah data dan program oleh seseorang yang berada di dalam
maupun yang berada di luar perusahaan.
Masalah bukti audit, dalam lingkungan elektronik masalah dasar akuntansi dalam
lingkungan elektronik adalah validitas, kelengkapan, dan integritas catatan akuntansi.
Konsep audit dan pengendalian internal yang relevan adalah pemisahan tugas,
keamanan informasi, dan teknik untuk memperbaiki kesalahan. Dalam lingkungan ecommerce
tujuan yang diinginkan dalam bukti audit tidak berbeda dari bentuk bukti
tradisional, tetapi yang dibedakan adalah perlunya pengendalian internal atas
validitasnya. Kompetensi bukti elektronik biasanya tergantung pada efektivitas
pengendalian internal terhadap validitas dan kelengkapannya (Nearon, 2000).
Auditing Procedure Study memberikan kepada auditor dengan non-authoritative
guidance untuk menerapkan SAS No. 80. Pada tabel 1 disajikan perbandingan antara
bukti audit tradisional dengan bukti audit elektronis. Auditor internal harus melakukan
evaluasi atas masalah-masalah kunci berkenaan dengan hal-hal berikut, yaitu:
a. Informasi elektronis sebagai bukti yang kompeten
Untuk memverifikasi kompetensi bukti, auditor harus mempertimbangkan validitas,
kelengkapan, dan atribut lainnya. Apabila ditemui adanya pengendalian yang
lemah, auditor harus mempertimbangkan untuk menggunakan pendekatan
tradisional.
b. Keberadaan bukti elektronis
Penyajian informasi elektronis yang sama dapat mengambil bentuk yang berbeda,
disini auditor harus melakukan prosedur yang sesuai untuk meyakinkan konsistensi
penyajian dan mempertimbangkan gambaran yang lebih luas, karena semua
informasi mungkin tidak tersedia pada satu tampilan. Auditor harus memahami
bagaimana bukti elektronis diperoleh dan menguji konsistensi penyajiannya.
DAFTAR ISI
Auditing E-Commerce: ……. (Saring Suhendro)
101
c. Kompetensi alat yang digunakan untuk mengakses bukti elektronis
Alat yang digunakan untuk mengakses bukti elektronik harus diuji dengan baik dan
diperiksa kemungkinan adanya logical error. Teknik audit berbantuan komputer
dapat memperluas kemampuan dalam menganalisis data dan mengenali pola.
d. Definisi kesalahan
Bukti elektronis memungkinkan bagi perubahan yang tidak terdeteksi yang
meningkatkan audit risk termasuk kesalahan pengiriman atau adanya manipulasi
data yang disengaja.
e. Capaian atas pengendalian yang melekat
Deteksi kesalahan ditujukan pada perubahan yang diharapkan tidak yang terjadi
pada data. Pengujian tradisional atau alternatif atas pengendalian dapat dilakukan
untuk bukti yang tidak timbul dengan transaksi.
Tabel 1. Perbandingan antara bukti tradisional dan bukti elektronis
Atribut Bukti Tradisional Bukti elektronis
Kesulitan untuk
dirubah
Sulit dirubah dan dimungkinkan untuk
mendeteksi perubahan ini dalam
pekerjaan audit normal
Lebih mudah untuk dilakukan
perubahan dan lebih sulit dideteksi.
Oleh karena itu, efektifitas internal
control memainkan peranan yang
penting dalam mendeteksi perubahan
tertentu dalam bukti elektronis
Kekuatan
kredibilitas
Paper document mempunyai tingkat
kredibilitas yang tinggi
Kredibilitas bukti elektronis tergantung
efektifitas struktur pengendalian intern
Kelengkapan
dokumen
Paper evidence memasukkan semua
persyaratan transaksi penting
Pemrosesan elektronik dapat
menyembunyikan bukti-bukti dengan
kode atau dengan cross refference ke
data fields lainnya
Bukti
pengesahan
(approval)
Pengesahan pada paper evidence
adalah penting dan jelas ditampilkan
pada dokumen original
Pengesahan bukti elektronis mungkin
tidak jelas dan dapat dilakukan dengan
menekan salah satu tombol pada
keyboard
Kemudahan
untuk digunakan
Paper evidence tidak memerlukan alat
khusus untuk digunakan dalam
mengevaluasi dan memahami bukti
Bukti elektronis mungkin memerlukan
pengetahuan tentang teknik data
extraction untuk mengevaluasi dan
memahami bukti
Kejelasan Paper evidence biasanya jelas dan akan
menghasilkan kesimpulan yang sama
apabila digunakan oleh pembaca yang
berbeda
Bukti elektronis tidak jelas dan dapat
mengakibatkan kesimpulan yang
berbeda oleh beberapa auditor
tergantung pada prosedur yang
digunakan dan pengendalian yang
diimplementasikan
DAFTAR ISI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12 No. 1, Januari 2007
102
VII. CONTINUOUS AUDITING
7.1 Definisi Continuous Auditing
Rezaee et al. (2001) mendefinisikan Continuous auditing sebagai “proses yang
sistematis dari pengumpulan bukti audit elektronik sebagai dasar yang reasonable untuk
mengeluarkan opini tentang kewajaran pelaporan keuangan yang disiapkan dengan realtime
accounting system dan paperless.”
Helms dan Mancino (1996, 21) menyatakan, “continuous auditing secara historis berarti
penggunaan software untuk mendeteksi eksepsi yang spesifikasi dari seorang auditor
untuk semua transaksi yang diproses secara real-time atau pada lingkungan yang realtime.
Eksepsi ini mungkin diinvestigasi segera atau ditulis pada log auditor untuk
pekerjaan berikutnya.”
7.2 Membangun Kapabilitas Continuous auditing
Secara imperative, software dan tool auditing digunakan untuk perolehan data,
transformasi data, dan pengujian audit dan pelaporan yang dapat digunakan oleh semua
pihak yang membutuhkan. Untuk membangun continuous auditing capability maka
perlu mengembangkan aplikasi yang menggunakan beberapa tipe software untuk
menangani perolehan data yang beragam.
Continuous auditing flow dimana dalam fase ini dibedakan dalam beberapa fase yang
beragam dalam mengembangkan continuous auditing capability, yaitu: (1) menentukan
tujuan audit dan deskripsi pengendalian internal, (2) memahami aturan bisnis yang
tersedia untuk data. Setiap meningkatnya teknologi informasi dan penggunaan
electronic commerce mengharuskan seorang auditor untuk memperoleh bukti-bukti
secara elektronik dan termasuk, mendorong profesi akuntan untuk membuat konsep
bersama dari bukti-bukti audit menjadi standar yang profesional (3) mengidentifikasi
bisnis kunci manajer data dari grup sistem (4) memperoleh definisi data/struktur file (5)
mengidentifikasi elemen data yang akan diaudit (6) menetapkan akses data/otorisasi (7)
mengekstrak data berdasarkan atas tujuan audit (8) menentukan audit meta data (9)
loading data audit dan kos audit dan (10) eksekusi tes-tes audit/membuat pengecualian
pelaporan (Rezaee et al., 2001)
Auditor independen harus mempertimbangkan ketersediaan data dalam electronic form
dan implikasinya untuk menentukan keluasan pengendalian pengujian dan kewajaran,
waktu, dan keluasan substantive test. Setiap peningkatan teknologi informasi dan
penggunaan e-commerce mengharuskan seorang auditor untuk memperoleh bukti-bukti
secara elektronik dan mendorong profesi akuntan untuk membuat konsep bersama dari
bukti-bukti audit menjadi standar yang profesional.
Hal yang paling umum digunakan pada CATTs untuk melakukan pengujian atas
efektivitas dari struktur pengendalian internal, yaitu (Rezaee et al., 2001):
1. Tes data atau fasilitas tes yang terintegrasi (integrated test facilities –ITF) yang
menentukan apakah RTA system telah melakukan proses dari transaksi yang valid
dan invalid secara benar dan memverifikasi proses dengan benar dan lengkap.
DAFTAR ISI
Auditing E-Commerce: ……. (Saring Suhendro)
103
2. Mereplikasi simulasi paralel dari beberapa bagian sistem aplikasi klien untuk
mengakses efektivitas dari aktivitas-aktivitas pengendaliannya.
3. Concurrent processing audit modules dihubungkan langsung dengan aplikasi
komputer yang penting untuk menyeleksi dan memonitor processing data secara
berkelanjutan. Concurrent audit techniques seperti the snapshot approach and
systems control and audit review facilitiy (SCARF) diharapkan untuk menerima
perhatian yang meningkat dan penggunaan Continuous auditing dalam melakukan
pengujian atas efektifitas dari struktur pengendalian internal klien.
4. Continuous and intermittent simulation (CIS) digunakan untuk menseleksi
transaksi-transaksi selama proses untuk review audit dan menyediakan online
auditing capability.
Pada real-time accounting systems, the paper-based audit trail yang merupakan
dokumen dari suatu peristiwa dalam suatu proses transaksi sering tidak tersedia. Ketika
audit trail ini tidak tersedia, Continuous auditing mengumpulkan bukti secara
bersamaan dengan pemrosesan transaksi yang terjadi secara elektronik tersebut. CAATs
yang dapat digunakan pada Continuous auditing, seperti ITF, yang umum digunakan
pada lingkungan audit EDP dan dapat ditemukan pada literatur teknologi audit EDP
tradisional (misalnya: Warren et al. 1996; Kanter 2001). Pendekatan ITF mengharuskan
membuat subsistem kecil dengan file sistem aplikasi klien untuk membandingkan
proses audit pengujian data yang berlawanan dengan data klien sebagai maksud untuk
memverifikasi proses ke-ototentikan, akurasi dan kelengkapan. SCARF adalah metode
yang dibangun kedalam program pemrosesan data untuk membuat prosedur pengujian
yang berkelanjutan menurut kriteria audit yang diseleksi seperti batasan khusus dan
kelayakan. Tekhnik ini mengharuskan untuk membuat modul software audit terkait
dengan aplikasi klien untuk menyediakan monitoring yang berkelanjutan dari sistem
memrosesan transaksi.
Data captured pada aplikasi continuous auditing dapat diperoleh pada audit data mart
untuk menguji dan menganalisa. Data mart adalah konsep yang terkenal dalam
penggudangan data (data warehousing) dan data mining literature. Data warehousing
mengintegrasikan data dari semua sistem aplikasi yang ada pada organisasi. Data mart
adalah subjek kecil dari data warehousing yang berfokus hanya pada satu area
fungsional saja (misalnya: accounting atau marketing) dan kemudian mengintegrasi
data melalui jumlah yang terbatas dari sistem aplikasi (David dan Steinbart 1999).
Penggunaan model audit data warehousing, informasi tentang ekstrak data (misalnya:
hubungan ke tabel sumber, menseleksi kolom), transformasi data (misal: appending,
renaming, labeling, sorting), dan pengujian audit (misal: menerapkan skenario
pengujian), ditempatkan pada meta data audit.
Audit data mart dibuat untuk unit bisnis yang melakukan 3 fase umum yaitu: extract,
transform, dan load (ETL). Tahap terakhir dalam konstruksi automated continuous
auditing capability adalah membangun pengujian audit yang terstandarisasi yang
terletak dalam audit data mart. Pengujian ini dilakukan secara berkelanjutan atau sesuai
interval waktu (misalnya harian, mingguan, bulanan) dan secara otomatis bersamaan
DAFTAR ISI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12 No. 1, Januari 2007
104
dengan bukti audit dan melakukan laporan pengecualian untuk review auditor dan
pertimbangannya.
VIII. KESIMPULAN
E-commerce telah menjadi alat yang penting sejak perusahaan menggunakan internet
untuk melakukan bisnisnya. Perkembangan teknologi ini membawa perubahan pada
risiko-risiko audit, pengendalian internal, dan pelaksanaan audit pada laporan keuangan
suatu perusahaan. Perubahan-perubahan tersebut memberikan tantangan baru bagi
profesi akuntan baik auditor internal maupun auditor eksternal.
Perubahan dalam lingkungan bisnis dan audit, dimana laporan tahunan tradisional dan
laporan audit konvensional yang biasa diterbitkan, mungkin tidak lagi dapat memenuhi
kebutuhan users akan laporan keuangan organisasi. Sehingga, Real-time accounting
systems, electronic financial reports dan continuous auditing haruslah menjadi
perhatian oleh komunitas akuntansi dan bisnis.
Peningkatan teknologi menyarankan bahwa perubahan penyajian laporan keuangan
manual menjadi real-time pada sensitifitas pada data keuangan, akan memberikan
tekanan pada auditor untuk meng-up-date teknik auditnya dan dibutuhkan skill yang
memadai bagi para auditor-auditor (computer information system auditor) dalam
melakukan proses auditing, sehingga terlihat kemajuan teknologi juga diimbangi
dengan monitoring yang tepat untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi
pengguna laporan keuangan
DAFTAR PUSTAKA
Abu-Musa, Ahmad A. 2004. “Auditing E-Business: New Challenges for External
Auditor.” The Journal of American Academy of Business: hal. 28-41.
Albrecht, S., dan R. Sack. 2000. Accounting Education: Charting the Course through a
Perilous Future. Accounting Education Series. Sarasota, FL; American
Accounting Association.
Attaway Sr, Morris C. 2000. “What Every Auditor Needs to Know about ECommerce.”
The Internal Auditor: hal. 56-60. Edisi Juni.
Burr, Tom., Michael Gandara, dan Kathy Robinson. 2002. “E-commerce: Auditing the
Rage.” The Internal Auditor: vol. 59, hal. 49-55.
Cavusgil, Tamer. 2002. “Extending the Reach of E-Business.” Marketing
Management: Chicago, Mar/Apr 2002, vol. 11, hal. 24-29.
David, J. S., dan P. J. Steinbart. 1999. “Drawing in Data.” Strategic Finance: hal. 30-
36.
Helms, Glenn L., dan Jane Mancino. 1998. “The Electronic Auditor.” Journal of
Accountancy: hal. 45-48. Edisi April.
Indrajit, Richardus Eko. 2000. Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi Informasi.
Elex Media Komputindo: hal. 7-17.
DAFTAR ISI
Auditing E-Commerce: ……. (Saring Suhendro)
105
Kalakota, R. 1996. “Manager’s Guide to Electronic Commerce: Addison-Wesley.
Defining Electronic Commerce.” EDICAST: periode Februari/Maret: hal. 5.
Nearon, Bruce H. 2000. “Auditing E-business.” The CPA Journal: Vol. 70, hal. 22-26.
Rezaee, Zabihollah., Ahmad Sharbatoghlie, Rick Elam, dan Peter L. McMikle. 2002
“Continuous auditing: Building Automated Auditing Capability.” A Journal of
Practice and Theory: Vol. 21. No.1
Wilkinson, Joseph W., Michael J. Cerullo., Vasant Raval, dan Bernard Wong-on-Wing.
2000. Accounting Information System: Essential Concepts and Application.
Fourth Edition. John Wiley & Sons Inc., New York.
Yu, Chien-Chih., Hung-Chao Yu, dan Chi-Chun Chou. 2000. “The Impact of Electronic
Commerce on Auditing Practice: An Auditing Process Model for Evidence
Collection and Validation.” International Journal of Intelligent System in
Accounting, Finance & Management: hal. 195-214.
DAFTAR ISI
Analisis Manufacturing Cycle Effectiveness Dalam
Meningkatkan Cost Effective Pada Pabrik Pengolahan
Kelapa Sawit
Oleh :
Yulia Saftiana8, Ermadiani9, R. Weddie Andriyanto10
ABSTRACT
Nowadays, in global business, company’s capability in doing advance improvement to
create goods and services to satisfy customers will affect company’s existence. In order
to do advance improvement, the company has to connect their activities to customers
needs. So, the performance measurement should be changed from efficiency and
productivity to cost effectiveness. Cost effectiveness is a measurement to see the
effectiveness of organization’s sources that use to do value added activities that supply
out put needed by the customers. Cost effectiveness is counted by using Manufacturing
Cycle Effectiveness (MCE). MCE is a measurement that shows the percentage of value
added activities in an activity that held to create a value for the customers. Using
MCE, user will find out the way to decrease the production cost. Finally, company’s
effectiveness and performance can be increased trough activity improvement to reach
cost effectiveness.
Keywords : Manufacturing cycle effectiveness, cost effective.
PENDAHULUAN
Globalisasi ekonomi menuntut setiap perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya.
Pada lingkungan bisnis yang kompetitif, daya saing perusahaan dapat dibangun jika
perusahaan memiliki keunggulan tertentu dibandingkan dengan pesaing. Keunggulan
daya saing perusahaan dapat dibangun salah satunya melalui produksi produk dan jasa
secara cost effective.
Untuk mendapatkan biaya produksi yang cost effective dan menghasilkan produk yang
bermutu tinggi, diperlukan suatu informasi biaya yang dapat menggambarkan konsumsi
sumber daya dalam proses pembuatan produk. Suatu proses disebut cost effective jika
dalam proses produksi, sumber daya hanya dikonsumsi untuk menjalankan value added
activities. Untuk mengurangi biaya, manajemen harus melakukan pengelolaan terhadap
8 Dosen Jurusan Akuntansi, FE Unsri
9 Dosen Jurusan Akuntansi, FE Unsri
10 Dosen Jurusan Akuntansi, FE Unila
DAFTAR ISI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12 No. 1, Januari 2007
108
penyebab timbulnya biaya. Aktivitas merupakan penyebab timbulnya biaya. Manajemen
harus melakukan penilaian seberapa besar cost effective berbagai aktivitas yang
digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan value bagi customer.
Cost effectiveness ini dihitung dengan membandingkan processing time dengan cycle
time yang dikenal dengan istilah Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE). MCE
merupakan ukuran yang menunjukkan persentase value added activities yang terdapat
dalam suatu aktivitas yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan value bagi
customer. Dengan MCE dapat diukur seberapa besar non value added activities
dikurangi dan dihilangkan dari proses pembuatan produk. Dengan analisis MCE, kinerja
perusahaan dan efektivitas ditingkatkan melalui perbaikan aktivitas yang bertujuan
untuk mencapai cost effectiveness. Dengan analisis MCE, keputusan dibuat sebagai
langkah untuk menurunkan biaya produksi (cost reduction).
Di Sumatera Selatan terdapat berbagai jenis perusahaan yang menghasilkan produk, dan
perusahaan yang bergerak dalam bidang agroindustri pengolahan kelapa sawit yang
menghasilkan Crude Palm Oil (CPO) mendominasi jumlah perusahaan yang ada.
Potensi kelapa sawit di Sumatera Selatan terus berkembang, di era tahun 1990
perusahaan besar yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit terus tumbuh di
provinsi ini karena potensi lahan dan kesuburan tanah yang cocok untuk habitat kelapa
sawit.
Bahan baku yang digunakan dalam menghasilkan crude palm oil (CPO) dan palm
kernel (PK) adalah tandan buah segar (TBS) yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa
sawit. Dalam proses produksi, Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) membutuhkan
bahan baku utama yang berupa tandan buah segar yang didapat dari kebun kelapa sawit
milik perusahaan sendiri (inti) dan kebun kelapa sawit rakyat binaan perusahaan
(plasma) maupun kebun kelapa sawit masyarakat umum. Asal bahan baku (TBS) dan
kondisi musim mempengaruhi harga tandan buah segar. Namun harga tandan buah
segar (TBS) juga dipengaruhi oleh rendemen (kandungan minyak) hasil produksi TBS
menjadi crude palm oil (CPO) di PKS tersebut. Komponen lain yang mempengaruhi
adalah biaya produksi yang berupa biaya operasional dan tenaga kerja serta harga CPO
di pasar.
Produksi kelapa sawit di Indonesia rata-rata berkisar antara 14-16 ton TBS/ha/tahun.
Produksi perkebunan kelapa sawit berfluktuasi karena adanya musim penghujan dan
musim kemarau. Keadaan ini menyebabkan suplai bahan baku untuk pabrik bervariasi
dan menyebabkan pabrik bekerja di bawah kapasitasnya dan biaya untuk memproduksi
TBS pada musim kemarau menjadi lebih besar. Lamanya waktu yang digunakan untuk
memproduksi TBS akan mempengaruhi kualitas yang dihasilkan. Berdasarkan uraian di
atas, maka penulis tertarik untuk melakukan analisis seberapa efektif aktivitas yang
digunakan dalam kegiatan proses produksi kelapa sawit sehingga dapat mencapai cost
effective dengan mengangkat judul “ANALISIS MANUFACTURING CYCLE
EFFECTIVENESS DALAM MENINGKATKAN COST EFFECTIVE PADA PABRIK
PENGOLAHAN KELAPA SAWIT”.
DAFTAR ISI
Analisis Manufacturing Cycle Effectiveness ……. (Yulia Saftiana, Ermadiani, R. Weddie Andriyanto)
109
TINJAUAN PUSTAKA
Pergeseran ukuran kinerja ke cost effectiveness
Di lingkungan bisnis global, produsen tidak lagi mengendalikan bisnis. Kemampuan
perusahaan sekarang untuk melakukan improvement berkelanjutan terhadap proses
yang digunakan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer menentukan
kelangsungan hidup perusahaan. Untuk itu perlu dilakukan pergeseran ukuran kinerja
dari efisiensi dan produktivitas ke cost effectiveness. Salah satu tujuan organisasi yaitu
institusi pencipta kekayaan. Menurut Mulyadi (2001:377), untuk mewujudkan tujuan
organisasi tersebut, ada tiga kegiatan utama yang harus ditempuh, yaitu :
1. Mendesain produk dan jasa yang menghasilkan value terbaik bagi customers.
2. Memproduksi produk dan jasa secara cost effective.
3. Memasarkan produk dan jasa secara efektif kepada customers.
Menurut Mulyadi (2003:47), “Perubahan kriteria pengukuran kinerja dalam bentuk
ukuran non finansial seperti kepuasan konsumen, sumber daya manusia, kualitas
produk, dan proses produksi merupakan tuntutan kondisi persaingan, dengan tujuan
agar perusahaan dapat bertahan dalam jangka panjang”. Pengukuran kinerja dapat pula
dilakukan terhadap data-data non finansial yang berhubungan dengan aktivitas-aktivitas
dalam menghasilkan kuantitas, kualitas produk dan kepuasan konsumen. Hal ini
dilakukan sebagai usaha untuk mencapai efektivitas biaya (cost effectiveness) produksi
melalui manajemen aktivitas.
Pengelolaan aktivitas ini telah mendorong perubahan pada alat ukur kinerja yang
dibangun berdasarkan konsep efektivitas biaya (cost effectiveness) yang melibatkan
pengukuran aktivitas-aktivitas manufaktur perusahaan dalam memenuhi kepuasan
konsumen. Pergeseran ukuran kinerja mengakibatkan dibutuhkannya informasi tentang
aktivitas yang memampukan personel dalam melakukan pengelolaan terhadap aktivitas
sehingga memberdayakan personel untuk meningkatkan cost effectiveness yang
digunakan untuk melayani customer.
Definisi Cost Effectiveness
Menurut Mulyadi (2003:245), “Cost Effectiveness adalah ukuran seberapa efektif
sumber daya organisasi dimanfaatkan untuk melaksanakan value added activities dalam
menghasilkan keluaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan customer”.
Menurut Mulyadi (1998:3) konsep tersebut adalah sebagai berikut :
“Konsep cost effectiveness dilandasi oleh customer value mindset. Mindset ini
memfokuskan usaha manajemen untuk menghasilkan keluaran yang mampu
memuaskan kebutuhan customer. Dalam customer value mindset, kebutuhan
customer-lah yang memicu berbagai aktivitas yang digunakan oleh perusahaan
untuk menghasilkan keluaran. Konsep cost effectiveness memasukkan
komponen customer dalam hubungan antara masukan, proses, dan keluaran. Di
DAFTAR ISI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12 No. 1, Januari 2007
110
samping itu, konsep cost effectiveness dilandasi oleh continuous improvement
mindset, sehingga proses dapat dianalisis dan dilakukan improvement
terhadapnya.”
Gambar 1 : Konsep Cost Effectiveness
Cost Effectiveness Cost Effectiveness
Proses
Cost Ineffectiveness Cost Ineffectiveness
Sumber : Mulyadi, Sistem perencanaan & pengendalian manajemen, 2001, h.381.
Menurut Mulyadi (2001:615), “Efektifitas biaya dipandang sebagai suatu rencana
jangka panjang untuk menekan biaya produksi dengan jalan melakukan analisa
aktivitas, perbaikan value added activity, dan menghilangkan non value added activity
yang dilakukan secara terus menerus sepanjang perusahaan masih melakukan kegiatan
usaha”. Manajemen harus dapat mengidentifikasikan value added activities dan non
value added activities dalam pembuatan produk, sehingga memungkinkan manajemen
melakukan pengelolaan aktivitas untuk menghasilkan pengurangan biaya secara
signifikan bagi kepentingan customer.
Menurut Mulyadi (2001:379), “Value added activities merupakan aktivitas yang
ditinjau dari pandangan customer menambah nilai dalam proses pengolahan masukan
menjadi keluaran”. Value added activities tidak dapat dihilangkan tanpa mengurangi
kuantitas atau kualitas. Menurut Lalu Sumayang (2003:325), “Value added merupakan
sebuah metode pabrikasi yang berusaha menghilangkan pemborosan pada proses”.
Sedangkan menurut Mulyadi (2001:379), “Non value added activity adalah aktivitas
yang dari pandangan customer tidak menambah nilai dalam proses pengolahan masukan
menjadi keluaran. Suatu falsafah operasi yang berlaku di seluruh perusahaan untuk
menghilangkan pemborosan adalah mengidentifikasi dan mengeliminasi aktivitas yang
tidak bernilai tambah”. Aktivitas yang tidak memberi nilai tambah ini merupakan
peluang bagi perusahaan untuk mengurangi biaya tanpa mengurangi kepuasan yang
Masuk
an
Aktivitas Penambah Nilai
Aktivitas Bukan Penambah Nilai
Keluaran
Customer
DAFTAR ISI
Analisis Manufacturing Cycle Effectiveness ……. (Yulia Saftiana, Ermadiani, R. Weddie Andriyanto)
111
akan diterima oleh konsumen. Biaya-biaya yang ditimbulkan oleh aktivitas yang tidak
memberi nilai tambah hanya dianggap sebagai biaya yang inefektif (cost ineffectiveness)
bagi produsen.
Analisis Aktivitas
Dalam melakukan analisis efektivitas biaya (cost effectiveness) yang menjadi pokok
utama pembahasan yaitu aktivitas. Aktivitas yang efektif dalam suatu proses produksi
merupakan aktivitas yang menambah nilai (value added activity). Dengan analisis
aktivitas dapat diketahui apakah suatu aktivitas tergolong penambah atau bukan
penambah nilai. Analisis aktivitas yaitu mengidentifikasi dan mendeskripsikan
aktivitas-aktivitas dalam organisasi. Menurut Mulyadi (2001: 602) : ”Analisa aktivitas
mencakup penentuan aktivitas-aktivitas apa yang dilakukan dalam suatu departemen,
berapa banyak orang yang melaksanakan aktivitas, berapa banyakkah waktu yang orang
tersebut gunakan untuk melaksanakan aktivitas, sumber daya apa yang diperlukan untuk
melaksanakan aktivitas-aktivitas, data operasional apa yang paling baik merefleksikan
kinerja dari aktivitas dan nilai apa yang dimiliki aktivitas untuk organisasi”.
Identifikasi Aktivitas-Aktivitas
Aktivitas dalam proses produksi manufaktur pada umumnya terdiri dari lima kelompok
besar aktivitas, yaitu processing activity, inspection activity, moving activity, waiting
activity, serta storage activity. Dalam proses pembuatan produk diperlukan cycle time
yang merupakan keseluruhan waktu yang diperlukan untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi. Cycle time ini terdiri dari :
• Waktu Proses (Processing Time)
Processing time merupakan seluruh waktu yang diperlukan dari setiap tahap yang
ditempuh oleh bahan baku, produk dalam proses hingga menjadi barang jadi.
Tidak semua waktu yang ditempuh dari bahan baku hingga ke produk jadi
tersebut mutlak merupakan processing time.
• Waktu Inspeksi (Inspection Time)
Menurut Mulyadi (2001:624), “Inspection time merupakan keseluruhan waktu
yang dikonsumsi oleh aktivitas yang bertujuan untuk menjaga seluruh produk
yang diproses tersebut dapat dihasilkan sesuai dengan standar yang ditetapkan”.
Aktivitas ini merupakan aktivitas pengawasan untuk menjamin bahwa proses
produksi telah dilakukan dengan benar walaupun kenyataannya tidak ada nilai
tambah terhadap produk yang akan diterima konsumen.
• Waktu Pemindahan (Moving Time)
Menurut Mulyadi (2001:624), “Waktu pemindahan adalah aktivitas yang
menggunakan waktu dan sumber daya untuk memindahkan bahan baku, produk
dalam proses, dan produk jadi dari satu departemen ke departemen yang lain”.
Waktu pindah tertentu dalam setiap proses produksi memang diperlukan, namun
pengurutan yang benar kegiatan-kegiatan dan tugas-tugas serta penerapan
teknologi otomasi dapat menghilangkan waktu pemindahan secara signifikan.
DAFTAR ISI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12 No. 1, Januari 2007
112
• Waktu Tunggu (Waiting Time)
Menurut Mulyadi (2001:624), “Waktu tunggu adalah aktivitas yang di dalamnya
bahan baku dan produk dalam proses menggunakan waktu dan sumber daya
dalam menanti proses berikutnya”. Apabila dalam waktu menunggu ini
memerlukan sumber daya maka biaya yang ditimbulkan akibat penggunaan
sumber daya tersebut merupakan biaya bukan penambah nilai karena manfaatnya
tidak dirasakan oleh konsumen.
• Waktu Penyimpanan (Storage Time)
Menurut Mulyadi (2001:624), “Penyimpanan adalah aktivitas yang menggunakan
waktu dan sumber daya, selama produk dan bahan baku disimpan sebagai
sediaan”. Waktu penyimpanan ini diakibatkan proses penyimpanan baik itu
bahan baku sebelum akhirnya dimulai proses produksi ataupun barang jadi yang
disimpan di dalam gudang sebagai persediaan.
Definisi Manufacturing Cycle Effectiveness
Ukuran efektivitas proses produksi dihitung dengan membandingkan processing time
dengan cycle time yang dikenal dengan istilah Manufacturing Cycle Effectiveness
(MCE). Menurut Mulyadi (2003:245), Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE)
adalah : “Alat analisis atas aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan oleh perusahaan dalam
melakukan proses produksi. MCE merupakan ukuran yang menunjukkan persentase
value added activities yang terdapat dalam suatu aktivitas yang digunakan oleh
perusahaan untuk menghasilkan value bagi customer. Dengan MCE dapat diukur
seberapa besar non value added activities dikurangi dan dihilangkan dari proses
pembuatan produk”.
MCE merupakan alat analisis terhadap aktivitas-aktivitas produksi, misalnya berapa
lama waktu yang dikonsumsi oleh suatu aktivitas mulai penanganan bahan baku, produk
dalam proses hingga produk jadi (cycle time). Manufacturing Cycle Effectiveness
dihitung dengan memanfaatkan data cycle time atau throughput time yang telah
dikumpulkan. Pemilah-milahan cycle time dapat dilakukan dengan melakukan activity
analysis. Cycle time ini terdiri dari value added activities dan non value added activity.
Value added activity yaitu processing time dan non value added activities yang terdiri
dari inspection time, moving time, waiting time, dan storage time.
Menurut Amin Widjaja T (2000:16), formula cycle time yang digunakan untuk
menghitung cycle effectiveness adalah :
Cycle time = processing time + waiting time + moving time + inspection time +
strorage time
Manufacturing Cycle Effectiveness = Processing Time
Cycle Time
DAFTAR ISI
Analisis Manufacturing Cycle Effectiveness ……. (Yulia Saftiana, Ermadiani, R. Weddie Andriyanto)
113
Dengan analisis Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE), kinerja perusahaan dan
efisiensi ditingkatkan melalui perbaikan aktivitas yang bertujuan untuk mencapai cost
effectiveness. Dengan MCE, analisis dilakukan langsung terhadap aktivitas-aktivitas
perusahaan yang diformulasikan dalam bentuk data waktu yang dikonsumsi oleh setiap
aktivitas. Waktu aktivitas tersebut mencerminkan berapa banyak sumber daya dan biaya
yang dikonsumsi oleh aktivitas tersebut dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk menilai
kinerja dan efektivitas pada perusahaan. Dengan analisis MCE, keputusan dibuat
sebagai langkah untuk menurunkan biaya produksi (cost reduction).
Proses produksi yang ideal akan menghasilkan cycle time sama dengan processing time.
Jika proses pembuatan produk menghasilkan cycle effectiveness sebesar 100%, maka
aktivitas bukan penambah nilai telah dapat dihilangkan dalam proses pengolahan
produk, sehingga customer produk tersebut tidak dibebani dengan biaya-biaya untuk
aktivitas bukan penambah nilai. Sebaliknya, jika proses pembuatan produk
menghasilkan cycle effectiveness kurang dari 100%, berarti proses pengolahan produk
masih mengandung aktivitas bukan penambah nilai bagi customer.
Langkah-langkah Untuk Mewujudkan Efektifitas Biaya
Langkah yang dilakukan untuk mengeliminasi aktivitas bukan penambah nilai dan
memperbaiki aktivitas bukan penambah nilai ditempuh dengan konsep continuous
improvement. Hal ini dilakukan dengan Total Quality Management (TQM) dan Activity
Based Management (ABM). Tujuan kedua konsep ini adalah pengembangan yang
berkelanjutan (continuous improvement) atas aktivitas-aktivitas baik yang merupakan
penambah nilai maupun bukan penambah nilai. Tujuan ini merupakan perencanaan
jangka panjang yang harus ditempuh secara bertahap.
Pengelolaan Aktivitas Bukan Penambah Nilai
Menurut Mulyadi (2001:625), cara yang ditempuh untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pelaksanaan aktivitas penambah nilai dan mengurangi serta menghilangkan
aktivitas bukan penambah nilai dalam pengelolaan aktivitas adalah :
1. Pemilihan aktivitas (Activity selection)
Pengurangan biaya dapat dicapai dengan melakukan pemilihan aktivitas dari
serangkaian aktivitas yang diperlukan untuk melaksanakan berbagai strategi yang
kompetitif. Manajemen sebaiknya memilih strategi yang memerlukan lebih
sedikit aktivitas dengan biaya terendah.
2. Pembagian aktivitas (Activity sharing)
Pembagian aktivitas terutama ditujukan untuk mengelola aktivitas penambah
nilai. Dengan mengidentifikasi aktivitas penambah nilai yang masih belum
dimanfaatkan secara penuh dan kemudian memanfaatkan aktivitas tersebut untuk
menghasilkan berbagai cost object yang lain, perusahaan akan meningkatkan
produktivitas pemanfaatan aktivitas tersebut dalam menghasilkan cost object.
DAFTAR ISI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12 No. 1, Januari 2007
114
3. Pengurangan aktivitas (Activity reduction)
Pengurangan biaya dapat dicapai dengan mengurangi aktivitas bukan penambah
nilaiPengurangan aktivitas merupakan strategi jangka pendek yang ditempuh
dalam melakukan improvement terhadap aktivitas.
4. Penghilangan aktivitas (Activity elimination)
Pengurangan biaya dapat dicapai dengan melakukan penghilangan aktivitas
bukan penambah nilai. Penghilangan aktivitas merupakan strategi jangka panjang
yang ditempuh dalam melakukan improvement terhadap aktivitas.
Tindak Lanjut Analisis MCE Untuk Menghilangkan Aktivitas Bukan Penambah
Nilai
Dengan hasil analisis MCE yang dilakukan, maka dapat diketahui persentase dari
aktivitas penambah nilai dan aktivitas bukan penambah nilai. Untuk mengendalikan
biaya bukan penambah nilai dan penambah nilai tersebut dapat ditempuh dengan
perencanaan dan pengendalian terhadap biaya-biaya tersebut. Keberhasilan tersebut
dapat dicerminkan pada penurunan biaya-biaya dalam suatu periode tertentu. Menurut
Mulyadi (2001:623), ”Untuk mengurangi atau menghilangkan aktivitas bukan
penambah nilai, Inspection time dapat dikurangi dengan mengembangkan total quality
control dan zero defect manufacturing. Moving time dikurangkan dengan
mengembangkan cellular manufacturing. Waiting/storage time dikurangkan dengan
mengembangkan just in time inventory system.”
Gambar 2 : Konsep JIT Sebagai Tindak Lanjut Analisa MCE
untuk Menghilangkan Non Value Added Activity
JIT Manufacturing TQC Cellular JIT
Zero Defect Manufacturing Zero
inventory
Cycle time = Processing time + Inspection + Moving time+ Waiting time
Value added
Activity Non value added activity
Sumber : Mulyadi, Sistem Pengendalian dan Perencanaan Manajemen, 2001, h.
623.
Menurut Mulyadi (2001:623), untuk menghilangkan aktivitas-aktivitas bukan penambah
nilai (non value added activity) dalam siklus produksi suatu produk, berbagai
perusahaan telah mengaplikasikan konsep baru yaitu Just In Time (JIT). Dalam JIT ini
DAFTAR ISI
Analisis Manufacturing Cycle Effectiveness ……. (Yulia Saftiana, Ermadiani, R. Weddie Andriyanto)
115
juga dimunculkan berbagai metode baru untuk mendukung tercapainya tujuan JIT yaitu
mengurangi waktu siklus proses.
Dengan JIT Manufacturing merupakan usaha untuk mengurangi waktu penyimpanan
(storage time) yang merupakan salah satu akibat dari aktivitas bukan penambah nilai
bagi konsumen. JIT mempunyai dampak signifikan terhadap tingkat persediaan, tata
letak pabrik (plant layout), dan penyediaan jasa pendukung. Dalam Cellular
Manufacturing, mesin yang memiliki fungsi yang sama ditempatkan bersama dalam
suatu daerah yang disebut departemen atau proses. Mesin-mesin ini disusun sehingga
dapat digunakan untuk melaksanakan berbagai operasi yang berurutan. Total Quality
Control (TQC) merupakan konsep pengendalian yang meletakkan tanggung jawab
pengendalian di pundak setiap karyawan yang terlibat dalam proses pembuatan produk.
Konsep pengendalian mutu modern menekankan pada orang, bukan proses, dan
karyawan didorong agar berusaha menghasilkan “zero defect” (tingkat kesalahan nol).
Dari segi pengendalian dan perencanaan biaya, untuk mendukung pengelolaan aktivitasaktivitas
tersebut dapat diterapkan berbagai alternatif pengelolaan biaya, seperti :
Kaizen Costing, Product Life Cycle, Target Costing, dan Activity Based Costing.
PEMBAHASAN
Fungsi produksi menunjukkan sifat perkaitan di antara faktor-faktor produksi dan
tingkat produksi yang diciptakan. Tingkat produksi suatu barang tergantung kepada
jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam dan tingkat teknologi yang
digunakan. Menurut Lalu Sumayang (2003:257), dalam usaha memproduksi barang,
ada masalah pokok yang harus dipecahkan, yaitu :
• Komposisi faktor produksi yang bagaimana perlu digunakan untuk menciptakan
tingkat produksi yang tinggi.
• Komposisi faktor produksi yang bagaimana akan meminimumkan ongkos
produksi yang dikeluarkan untuk mencapai satu tingkat produksi tertentu.
Bagi perkebunan kelapa sawit (PKS), alternatif kedua yang akan digunakan, yaitu
bagaimana meminimumkan ongkos produksi yang dikeluarkan yang digunakan untuk
mencapai satu tingkat produksi. Menurut Yasin (2005:IV-28), hal itu dikarenakan bahan
baku utama PKS adalah tandan buah segar (TBS) yang tidak memiliki substitusi dan
bahan baku yang berupa tandan buah segar (TBS) tersebut telah tersedia sedangkan
kapasitas terpasang pabrik telah ditentukan. Artinya produksi tertingginya telah
ditentukan. Untuk melihat seluk beluk kegiatan perusahaan dalam memproduksi
barangnya diperlukan analisa ke atas berbagai aspek kegiatan memproduksinya. Asal
tandan buah segar (TBS) kebun inti, kebun plasma di lingkungan perusahaan atau kebun
masyarakat di luar lingkungan kebun akan mempengaruhi harga tandan buah segar.
kondisi alam juga memiliki kecenderungan produksi tandan buah segar, yaitu pada
musim penghujan memiliki kecenderungan menuju puncak produksi sedangkan pada
musim kemarau akan mengalami penurunan sampai pada tingkat yang menyulitkan dan
itu juga tentunya akan mempengaruhi harga tandan buah segar.
DAFTAR ISI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12 No. 1, Januari 2007
116
Bahan Baku dan Produk yang Dihasilkan oleh Pabrik Kelapa Sawit
Hasil produksi kebun pengolahan kelapa sawit adalah berupa Tandan Buah Segar
(Fresh Fruit Bunch/FFB). Kapasitas terpasang PKS perkebunan besar seperti pada PT.
Aek Tarum berkisar antara 60 ton TBS/jam sampai 120 ton TBS/jam. Rencana operasi
pabrik PKS rata-rata satu tahun adalah : 20 jam/hari x 300 hari/tahun = 6.000 jam/tahun.
Dengan demikian rata-rata kebutuhan tandan buah segar untuk mencapai kapasitas
pabrik 100% adalah sebanyak 20 x 60 ton TBS/hari = 1.200 ton TBS atau 6.000 x 60
ton TBS/tahun = 360.000 ton TBS/tahun.
Ada dua macam produk atau keluaran dari hasil pengolahan pabrik yaitu minyak kelapa
sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan inti sawit (Kernel Palm/PK). Bahan baku
berupa tandan buah segar kelapa sawit yang akan diolah di pabrik PKS tidak semuanya
akan menjadi produk minyak sawit, melainkan sebagian hilang tercecer pada saat
perebusan, penebahan, penyulingan, pemisahan biji dan ampas serat, pengambilan inti
dan penyimpanan CPO.
Identifikasi dan Klasifikasi Aktivitas pengolahan
Dalam proses pengolahan kelapa sawit, aktivitas pengolahan dimulai dari pemasukkan
tandan buah segar ke dalam loading ramp kemudian masuk ke dalam proses produksi
pada setiap stasiun hingga akhirnya menjadi crude palm oil (CPO) dan Palm kernel
(PK). Dalam proses memperoleh kelapa sawit ini, terdapat berbagai aktivitas baik yang
menambah nilai maupun tidak menambah nilai produk.
Aktivitas yang menambah nilai pengolahan crude palm oil terdapat pada proses mulai
dari stasiun perebusan sampai dengan stasiun klarifikasi. Sedangkan aktivitas yang
menambah nilai pengolahan palm kernel terdapat pada proses mulai dari stasiun
perebusan sampai dengan pengeringan kernel. Aktivitas-aktivitas ini memiliki pengaruh
terhadap kualitas dan kuantitas crude palm oil dan palm kernel.
Dalam proses pengolahan kelapa sawit ini, aktivitas yang tidak menambah nilai terdapat
pada aktivitas di loading ramp, aktivitas pemindahan dari loading ramp ke proses
perebusan, aktivitas pemindahan pada proses perebusan ke proses penebahan, dan
aktivitas inspeksi/pengawasan yang dilakukan pada setiap proses. Karena aktivitasaktivitas
ini tidak secara langsung mempengaruhi perubahan yang terjadi pada crude
palm oil dan palm kernel yang diolah baik kuantitas maupun kualitas yang bermanfaat
bagi konsumen. Aktivitas yang tidak menambah nilai ini tetap diperlukan dalam proses
pengolahan, karena tanpa aktivitas ini kelancaran proses pengolahan dapat terganggu.
Begitu juga dengan aktivitas inspeksi, aktivitas ini berperan sebagai pengawasan mutu
dan kelancancaran proses pengolahan.
Aktivitas dalam pengolahan kelapa sawit ini memiliki ketergantungan pada setiap
proses atau stasiun pengolahan. Aktivitas hanya dapat dilakukan jika bahan yang
diterimanya telah diproses pada stasiun sebelumnya. Begitu juga dengan aktivitas pada
setiap proses yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas crude palm oil (CPO) dan palm
kernel (PK).
DAFTAR ISI
Analisis Manufacturing Cycle Effectiveness ……. (Yulia Saftiana, Ermadiani, R. Weddie Andriyanto)
117
Dalam proses pengolahannya, kelapa sawit melalui beberapa stasiun pengolahan sampai
akhirnya menjadi crude palm oil dan palm kernel. Proses dimulai saat tandan buah
segar dari stasiun loading ramp dibawa ke stasiun perebusan dengan menggunakan lori.
Setelah masuk ke perebusan lori-lori tersebut ditarik dengan menggunakan capstand
dan dimasukkan ke stasiun penebahan dengan menggunakan hoisting crane. Lalu dari
stasiun penebahan ini, tandan buah segar akan dilumatkan pada stasiun pengadukan dan
dipress pada stasiun pengepresan. Dari stasiun pengepresan ini minyak akan masuk ke
dalam proses klarifikasi sampai akhirnya masuk ke dalam tangki timbun CPO,
sedangkan ampas dan biji akan masuk dalam stasiun pengolahan biji sampai akhirnya
disimpan di dalam Bulking silo. Proses pengolahan kelapa sawit ini secara singkat akan
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 5 : Urutan Proses Pengolahan Crude Palm Oil dan Palm Kernel
Ampas
Biji
Minyak
Sumber : Hasil Olah Data
Bulking Silo
Penyimpanan Palm Kernel
Stasiun Penebahan TBS
(Thresher)
Stasiun Pengepresan
Bubur Buah TBS
(Screw Press)
Stasiun Pengadukan TBS
(Digester)
Stasiun Perebusan TBS
(Sterilizer)
Tangki Timbun
Crude Palm Oil (CPO)
Stasiun Klarifikasi
• Pemisahan Pasir
• Pemisahan Minyak Pertama
• Penyaringan Bahan Padat
• Pemisahan Minyak dengan
Sludge (kotoran)
• Pemurnian Minyak
• Pengeringan Minyak
Stasiun Pengolahan Biji
• Pemisahan Ampas & Biji
• Pemecahan Biji
• Pemisahan Inti dengan cangkang
• Pengeringan Inti/kernel
Stasiun Penimbunan TBS
(Loading ramp)
DAFTAR ISI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12 No. 1, Januari 2007
118
Dari skema proses pengolahan tersebut dapat dilihat bahwa proses pengolahan crude
palm oil (CPO) dan palm kernel (PK) mulai terpisah dari stasiun pengepresan.
Aktivitas-aktivitas pengolahan ini saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan.
Proses pengolahan dilakukan mengalir sesuai dengan rangkaian proses yang telah
ditetapkan. Sistem pengolahan seperti ini mengakibatkan total waktu yang dikonsumsi
oleh semua stasiun mencerminkan keseluruhan waktu. Proses produksi pabrik dilakukan
secara terus menerus sesuai dengan jumlah bahan baku yang tersedia setiap harinya. Hal
ini diakibatkan karena lamanya waktu untuk memproduksi tandan buah segar (TBS)
akan mempengaruhi rendemen (kandungan minyak) TBS tersebut. Jangka waktu
maksimum tandan buah segar untuk diolah agar mendapatkan hasil yang baik adalah 8
jam setelah panen. Persentase penurunan mutu buah kelapa sawit akan semakin parah
jika terjadi penumpukan buah di loading ramp terutama jika buah tersebut sampai
menginap.
Dalam pelaksanaan aktivitas proses pengolahan, konsumsi waktu yang diukur sebagai
processing time merupakan konsumsi waktu yang optimal, yaitu waktu yang diperlukan
oleh aktivitas-aktivitas di atas untuk mengolah 360.000 ton tandan buah segar (TBS) per
tahun hingga menjadi 82.200 ton crude palm oil (CPO) per tahun dan 18.000 ton palm
kernel (PK) per tahun. Konsumsi waktu optimal ini adalah konsumsi waktu yang timbul
dari kapasitas pabrik, yaitu mampu mengolah 1.200 ton setiap 20 jam atau 360.000 ton
setiap tahun.
Perhitungan dan Analisis Manufacturing cycle Effectiveness
Setelah aktivitas-aktivitas proses pengolahan kelapa sawit diidentifikasi dan dibedakan
menjadi aktivitas penambah nilai yang terukur sebagai processing time dan aktivitas
tidak menambah nilai yang terukur sebagai waiting time, inspection time, moving time,
dan storage time, maka perhitungan manufacturing cycle effectiveness (MCE) dapat
dilakukan dengan pembagian processing time dengan cycle time. Dari hasil perhitungan
ini dapat dilakukan analisis dan langkah yang dapat diambil untuk memanajemen
aktivitas. Manajemen aktivitas yang dapat dilakukan contohnya :
Pengurangan aktivitas dapat dilakukan pada stasiun loading ramp dengan cara
menambah pemakaian unit Sterilizer. Dengan penambahan ini akan mengurangi waktu
tunggu tandan buah segar (TBS) di loading ramp untuk diproses lebih lanjut. Semakin
lamanya waktu yang digunakan untuk memproduksi tandan buah segar (TBS) akan
mempengaruhi rendemen atau kandungan minyak TBS tersebut. Hal ini juga akan
memaksimalkan penggunaan tenaga kerja di loading ramp. Dengan manajemen
aktivitas ini, biaya pengolahan dapat lebih efektif dan mencerminkan biaya pengolahan
yang sebenarnya.
Untuk meningkatkan efektivitas biaya, faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan adalah
mutu dari tandan buah segar (TBS). Mutu TBS mempengaruhi harga jual TBS tersebut
dan kualitas crude palm oil yang dihasilkan. Untuk mencapai hal ini maka diperlukan
proses produksi yang lancar dan pengawasan setiap proses secara berkesinambungan.
Lancarnya proses produksi sangat tergantung pada mesin peralatan dan tenaga kerja
yang beroperasi. Dari inspeksi proses ini, mutu dan biaya dari aktivitas yang merupakan
penyebab timbulnya biaya dapat dikelola dengan baik.
DAFTAR ISI
Analisis Manufacturing Cycle Effectiveness ……. (Yulia Saftiana, Ermadiani, R. Weddie Andriyanto)
119
Aktivitas inspeksi dilakukan oleh perusahaan dengan cara menempatkan tenaga kerja
operator yang sudah terlatih dalam bidang tersebut untuk mengawasi dan mengontrol
proses pengolahan yang berlangsung pada setiap stasiun pengolahan. Pengujian hasil
akhir crude palm oil (CPO) juga dilakukan di dalam laboratorium. Manajemen yang
telah diterapkan ini merupakan total quality control (TQC). Dengan konsep ini, tiap-tiap
pekerja bertanggung jawab untuk mengawasi mutu produk yang dihasilkannya ataupun
mutu bahan bakunya, jadi inspeksi mutu menjadi tanggung jawab setiap personil di
dalam perusahaan.
Pengaruh Fluktuasi Ketersediaan Bahan Baku Pada Efektivitas Biaya
Produksi perkebunan kelapa sawit berfluktuasi karena adanya musim penghujan dan
musim kemarau. Hal ini disebabkan karena pada musim kemarau kebun kelapa sawit
menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang digunakan untuk memproduksi crude
palm oil (CPO) dan palm kernel (PK) lebih sedikit dibandingkan pada musim
penghujan. Menurut Zahri (2003), perbedaan produksi yang terjadi adalah 60% pada
musim penghujan dan 40% pada musim kemarau. Keadaan ini menyebabkan suplai
bahan baku tandan buah segar untuk pabrik bervariasi dan menyebabkan pabrik bekerja
di bawah kapasitasnya. Fluktuasi ketersediaan tandan buah segar (TBS) pada musim
penghujan dan musim kemarau akan berpengaruh pada biaya rata-rata dalam
memproduksi tandan buah segar. Pada musim kemarau biaya rata-rata menjadi lebih
besar, hal ini dapat disebabkan oleh :
• Kuantitas tersedianya tandan buah segar (TBS) pada musim kemarau yang lebih
sedikit. Dalam teori economic of scale, kuantitas produksi akan mempengaruhi
biaya variabel. Menurut Lalu Sumayang (2003:113), “economic of scale adalah
penghematan biaya yang disebabkan karena penggunaan sumber daya skala besar
atau produksi secara massal”. Pengurangan biaya ini terjadi bila semua faktor
produksi dikembangkan secara proporsional.
Pada batas kapasitas, biaya variabel meningkat sebagai akibat penggunaan lembur
dan subkontraktor. Di samping itu, bila volume bertambah maka biaya tetap per
unit akan turun. Menurut Lalu Sumayang (2003:118), ”Makin besar volume
kapasitas maka makin kecil biaya setiap unit (economic of scale), alasannya karena
biaya fasilitas dan biaya operasi tidak akan bertambah bila volume produksi
bertambah”. Apabila volume produksi bertambah maka biaya per unit akan turun.
Menurut Lalu Sumayang (2003:113), “Pengurangan biaya dapat dicapai dengan
menaikkan efisiensi aktivitas penambah nilai dengan meningkatkan aktivitas ke
tingkat skala ekonomi (economic of scale) tanpa disertai dengan kenaikan total
biaya aktivitas itu sendiri”. Contohnya pada saat pabrik memproduksi dengan
kapasitas yang tidak optimal biaya tetap seperti upah dan gaji karyawan masih
harus dibayar, sedangkan karyawan tidak bekerja secara maksimal. Begitu juga
dengan pemeliharaan mesin-mesin pabrik yang tetap harus dilakukan walaupun
kapasitas produksi sedikit.
• Sesuai dengan kondisi perusahaan, bahan baku yang tersedia lebih sedikit akan
mempengaruhi biaya rata-rata termasuk biaya bahan bakar, supply listrik dan air.
DAFTAR ISI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12 No. 1, Januari 2007
120
Pabrik menggunakan bahan bakar solar dan bahan bakar dari cangkang dan serabut
yang digunakan pada stasiun boiler. Aktivitas pabrik dalam mengolah kelapa sawit
dan supply listrik kantor dan perumahan biasanya menggunakan bahan bakar dari
stasiun boiler. Hal ini merupakan salah satu sumber penghematan biaya pabrik. Jika
pabrik sedang tidak memproduksi, supply listrik dan air menggunakan genset dan
solar. Hal ini membutuhkan biaya yang lebih besar untuk membeli solar.
Peningkatan biaya ini berdampak cukup besar pada harga per kg tandan buah segar
(TBS) seperti pada stasiun penerimaan tandan buah segar dan muatan. Sehingga
processing expenses dan general charges aktual dapat lebih kecil daripada budget
perusahaan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dengan analisis manufacturing cycle effectiveness dapat diketahui persentase value
added activities dalam suatu aktivitas yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk
menghasilkan value bagi customers. Kinerja perusahaan dan efisiensi dapat ditingkatkan
melalui perbaikan aktivitas yang bertujuan untuk mencapai cost effective dan
menurunkan biaya produksi. Perbedaan jumlah produksi kelapa sawit antara realisasi
dengan kapasitas optimal pabrik salah satunya dapat disebabkan karena fluktuasi
ketersediaan tandan buah segar (TBS). Perbedaan jumlah produksi ini akan berpengaruh
terhadap efektivitas biaya perusahaan. Biaya rata-rata perusahaan akan cenderung
meningkat pada musim kemarau dibandingkan musim penghujan. Berdasarkan hasil
analisis MCE tersebut maka usaha yang dilakukan untuk memanajemen aktivitas
ditempuh dengan melibatkan semua bagian. Beberapa langkah yang dapat dipilih untuk
manajemen aktivitas tersebut antara lain adalah : pemilihan aktivitas, pengurangan
aktivitas, pembagian aktivitas, dan penghilangan aktivitas yang dapat diterapkan
terhadap aktivitas-aktivitas bukan penambah nilai. Dengan langkah-langkah tersebut
maka pihak perusahaan dapat memilih langkah yang relevan dan efektif untuk
memperbaiki aktivitas.
Saran-saran
Beberapa saran yang dapat diberikan atas hasil analisis yang dilakukan terhadap
aktivitas pabrik pengolahan kelapa sawit kepada pihak perusahaan adalah :
1. Perusahaan sebaiknya melakukan manajemen aktivitas pada proses pengolahan.
Perusahaan juga dapat menerapkan konsep manajemen biaya yang kompetitif
untuk mengelola aktivitas-aktivitas pabrik.
2. Perusahaan sebaiknya lebih memperhatikan masalah fluktuasi ketersediaan
tandan buah segar. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan membuat ikatan jual
beli tandan buah segar dengan perkebunan kelapa sawit swasta skala menengah,
swasta skala kecil dan perkebunan rakyat pada waktu bahan baku yang tersedia
tidak memenuhi kapasitas pabrik.
DAFTAR ISI
Analisis Manufacturing Cycle Effectiveness ……. (Yulia Saftiana, Ermadiani, R. Weddie Andriyanto)
121
3. Untuk mengurangi waktu dan aktivitas inspeksi atau pengawasan, perusahaan
dapat menggunakan teknologi komputerisasi untuk menjalankan dan mengawasi
proses pengolahan kelapa sawit.
DAFTAR PUSTAKA
Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Perkebunan dan Pabrik Pengolahan
Kelapa Sawit Pola PIR-Trans. PT. Aek Tarum. 2005. Palembang.
Atkinson, Anthony A and Rajib D. Banker. 1997. Management Accounting. Prentice-
Hall. New Jersey.
Garrison dan Noreen. 2000. Akuntansi Manajemen Jilid 2 (Diterjemahkan oleh A.
Totok Budisantoso). Salemba Empat. Jakarta.
Garrison, Ray H. 1998. Akuntansi Manajemen : Konsep Untuk Perencanaan,
Pengendalian, dan Pengambilan Keputusan. ITB Bandung.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002 Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen. BPFE Fakultas Ekonomi UGM. Yogyakarta.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Andi Offset. Yogyakarta.
Mulyadi. 1998. Pergeseran Ukuran Kinerja ke Cost Effectiveness. Media Akuntansi. No.
29/Th.V/September 1998. Hal. 2-6.
Mulyadi dan Johny Setyawan. 2001. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen
: Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan. Salemba Empat. Jakarta.
Mulyadi. 2003. Activity Based Cost System. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Purwoto, Lucas. 1998. Mencapai Pabrikan yang Efisien Sekaligus Fleksibel Dengan
Cellular Manufacturing. Usahawan. No. 05/XXVII/Mei 1998. Hal. 26-31.
Simamora, Henry. 1997. Akuntansi Manajemen. Salemba Empat. Jakarta.
Sumayang, Lalu. 2003. Dasar-Dasar Manajemen Produksi & Operasi. Salemba Empat.
Jakarta.
Widjaja T, Amin. 2003. Activity Based Costing : Untuk Manufakturing dan Pemasaran.
Harvarindo. Jakarta.
Widjaja T, Amin. 2005. Target Costing dan Kaizen Costing. Harvarindo. Jakarta.
DAFTAR ISI
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan
Mengadopsi Sistem Pemotongan Pajak Pada Perusahaan-
Perusahaan Foreign Exchange Berbasis Internet
Oleh :
Agus Zahron
ABSTRACT
This research adapt theory framework that was told by Triandis, where in his research
said that human tendency to behaviour ini this case for take the decision, influence by
afection social norm and the other facility.
The purpose of this research to give a knowledge of the foreign exchange company
about tax income and Indonesian’s tax policy.the second purpose to know whether the
afection , social norm and the other factor influence to interest from foreign exchange
company for insert tax’s software of foreign exchange transaction
Keywords : framework, interest from foreign exchange, tax income
A. Latar Belakang Masalah
Foreign exchange adalah pertukaran satu mata uang dengan mata uang lainnya, di mana
dalam pasar ini mata uang diperdagangkan baik jual maupun beli secara bebas. Pasar ini
merupakan pasar persaingan sempurna. Selain itu juga merupakan pasar finansial
terbesar dan terliquid, dengan perputaran uang antara 1 sampai 1,5 trilliun dolar perhari
dalam 24 jam sehari dari senin sampai jumat.
Dengan berkembangnya teknologi internet, para broker company dan perusahaan yang
memberikan fasilitas untuk bertransaksi (firm that conduct foreign trade transaction)
dengan bebasnya bisa merambah pasar dunia secara bebas
Baik langsung maupun tidak langsung pelayanan transaksi ini telah masuk ke Indonesia.
Saat ini Perusahaan Foreign Exchange yang websitenya ada di internet sebanyak 70
perusahaan. Yang tergambar dalam tabel di bawah ini
Tabel 1. daftar nama forex dealer
No. Forex Broker No. Forex Broker
1 abwatley.com 36 fxlinks.com
2 ac-markets.com 37 fxpowercourse.com
3 aforex.com 38 fxsol.com
4 amazon.com 39 fxstreet.com
5 analyticfx.com 40 gaincapital.com
DAFTAR ISI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12 No. 1, Januari 2007
124
No. Forex Broker No. Forex Broker
6 ApexForex.com 41 gcitrading.com
7 aspenforex.com 42 gftforex.com
8 cambridgefx.com 43 global-view.com
9 cfoasia.com 44 goldbergforeignexchange.com
10 cftc.gov 45 hantecforex.com
11 charterfx.com 46 ifxmarkets.com
12 cms-forex.com 47 igforex.com
13 commoditytrader.net 48 intellexonline.com
14 DayTradeForex.com 49 interbankfx.com
15 enetspeculation.com 50 investorlinks.com
16 esignal.com 51 investormap.com/global-forex.htm
17 eurosupport.com 52 keystone-web.com
18 fairlot.com 53 kshitij.com
19 findbrokers.com 54 learnforex.com
20 foreign-trade.com 55 ltgFX.com
21 foresight-investment.com 56 mdicorps.com
22 forex.com 57 oanda.com
23 forex-ats.com 58 ozforex.com.au
24 forexcapital.com 59 pro-forex.com
25 forex-cmc.co.uk 60 pronetanalytics.com
26 forex-day-trading.com 61 quotewatch.com
27 forexfunds.com 62 realtimeforex.com
28 forex-mg.com 63 refcofx.com
29 Forex-Millenium.com-switzerland 64 refcopro.com
30 forex-pro.com.ua 65 saxobank.com
31 Forextrading.Com - Saxo Bank 66 shieldfx.com
32 fortunetraders.com 67 stockk.com
33 fxcm.com 68 thefinancials.com
34 fxdd.com 69 traders.com
35 fxfirst.com 70 wellsfargo.com
Walaupun demikian Indonesia masih belum mampu untuk mengimbangi kemajuan
teknologi ini, sebagai contoh dalam pengaruhnya dalam kebijakan perpajakan dei
Indonesia, dimana masih belum adanya teknik atau metode pemungutan pajak untuk
laba atas transasi pertukaran mata uang asing yang dihasilkan dalam transaksi yang
berbasis internet.
Dalam Undang-Undang Perpajakan di Indonesia, yang termasuk obyek Pajak
Penghasilan (PPh) adalah Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis
DAFTAR ISI
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan ……. (Agus Zahron Idris)
125
yang diterima atau di peroleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun
dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Selanjutnya salah satu penghasilan yang termasuk obyek pajak menurut pasal 4 huruf l
UU no 17 tahun 2000, adalah keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.
Kemudian dalam ayat 2 dijelaskan bahwa penghasilan dari transaksi saham dan
sekuritas lainnya di bursa efek, pengenaan pajaknya diatur oleh Peraturan Pemerintah.
Walaupun dalam penjelasannya masih belum mencakup tentang transaksi pertukaran
valuta asing yang dilakukan oleh Wajib Pajak secara mendetail. Tetapi kita
mengasumsikan bahwa capital gains ataupun capital losses yang terjadi akibat transaksi
valuta asing tersebut tetap merupakan obyek pajak.
Penelitian ini mengadopsi kerangka teori yang telah dikemukakan oleh Triandis, dimana
dalam penelitiannya menyatakan bahwa kecenderungan manusia untuk berperilaku
dalam hal ini untuk megambil keputusan, dipengaruhi oleh afeksi, norma sosial dan
fasilitas yang mendukung.
B. Masalah
Apakah norma sosial, afeksi, dan fasilitas pendukung mempengaruhi pengambilan
keputusan pada perusahaan-perusahaan Foreign Exchange untuk menerapkan software
pengenaan pajak atas transaksi foreign exchange?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengetahuan perusahaan-perusahaan foreign exchange mengenai
tax income dan indonesian’s tax policy.
2. Untuk mengetahui apakah afeksi, norma sosial dan faktor pendukung berpengaruh
terhadap minat dari perusahaan-perusahaan foreign exchange untuk menyisipkan
software pengenaan pajak atas transaksi foreign exchange.
D. Kerangka Pemikiran
1. Transaksi Pertukaran Valuta Asing (Foreign Exchange)
Pasar kurs mata uang asing (forex exchange market) memulai keberadaannya pada
tahun 1971 setelah berakhirnya era perjanjian Bretton Woods, karena terdorong oleh
tingkat fluktuasi mata uang tertentu yang tajam terhadap mata uang lainnya.
Menurut survei tiga-tahunan 2001 oleh Bank of Internasional Settlement (BIS), jumlah
omset kurs mata uang asing global lebih dari $1,200 bilion per hari, di atas 50% di
antaranya diadakan di pasar tunggal London. Omset global meningkat pesat di atas
bilangan survai BIS 1978 sebesar $1,490 billion. BIS memnghubungkan hal ini dengan
peluncuran euro, penggabungan (merger) bank, pertumbuhan perdagangan elektronik
pada ongkos suara dan telepon dealing (menyebabkan lebih sedikit transaksi) dan
konsolidasi non bank yang sudah mengurangi keperluan untuk kurs mata uang asing.
DAFTAR ISI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12 No. 1, Januari 2007
126
Dengan jumlah transaksi hampir $1,5 billion Pasar Forex merupakan pasar terbesar di
dunia, dibandingkan dengan pasar futures seperti pasar komoditi yaitu $437,4 billion,
dan pasar ekuitas seperti pasar saham sebesar $ 191 billion.
2. Perlakuan Pajak atas Transaksi Valuta Asing
Menurut bab III pasal 4, UU no 14 th 2000, menyatakan bahwa yang menjadi obyek
pajak adalah setiap tambahan penghasilan baik yang berasal dari Indonesia maupun
yang berasal dari luar Indonesia, yang dapat di pakai untuk konsumsi maupun untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk
apapun.
Termasuk ke dalam obyek pajak dalam huruf l, pasal 4, tadi adalah keuntungan karena
selisih kurs mata uang asing. Dengaqn penjelasan nya bahwa keuntungan karena selisih
kurs dapat disebabkan fluktuasi kurs mata uang asing atau adanya kebijakan pemerintah
di bidang moneter. Atas keuntungan yang di peroleh karena fluktuasi kurs mata uang
asing, pengenaan pajaknya dikaitkan dengan sistem pembukuan yang dianut oleh wajib
pajak dengan syarat dilakukan secara taat azas.
Menurut Robert L Simon dalam tulisannya “Taxation of Day Traders”, menyatakan
cara untuk menghitung pajak atas transaksi pertukaran mata uang adalah melalui
penghitungan netto akhir tahun, yaitu dengan cara menjumlahkan keuntungan dan
kerugiannya dalam satu tahun. Keuntungan yang diperoleh dari hasil selisih tersebut
akan dikenakan pajak dengan tarif pajak penghasilan pada umumnya.
3. Prinsip Pemungutan Pajak di Indonesia
Pada Current Payment System terdapat 2 unsur sistem pemotongan pajak, yaitu
Withholdig Tax System dan Estimated System. Untuk Withholdig Tax System
pemotongan atau pemungutan pajak mulai difokuskan pada sumbernya (levying tax at
source). Artinya setiap wajib pajak yang menerima penghasilan, misalnya pada waktu
menerima bonus, bunga, royalti, deviden dan sebagainya, maka pada saat itu pula
pemerintah melalui pemotong pajak (tax withholder) memotong pajak atas penghasilan
yang dibayarkan kepada Wajib Pajak penerima bonus, bunga, deviden dan royalti
tersebut.
Pemotongan pajak sistem ini disebut withholding Tax System, dimana pemotong pajak
yang disebut tax withholding berkedudukan sebagai pihak ketiga, sedang pihak pertama
adalah fiskus dan pihak kedua adalah Wajib Pajak , yaitu pihak yang menerima
penghasilan dari pihak ketiga. Contoh sistem ini adalah pada PPh pasal 23.
Berbeda dengan Estimated System dimana yang melaksanakan pemenuhan kewajiban
perpajakan dalam hal ini yang melaksanakan inisiatif dan sekaligus bertanggung jawab
atas pembayaran pajak adalah wajib pajak sendiri. Sistem ini disebut sebagai Self
Assessment System, yang di Indonesia diatur dalam pasal 25 UU PPh tahun 2000.
Sehingga di kenal sebagai PPh pasal 25.
DAFTAR ISI
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan ……. (Agus Zahron Idris)
127
4. Pengembangan Sistem Pemotongan Pajak Atas Transaksi Forex Online.
Fungsi sistem informasi sendiri terbagi menjadi tiga subfungsi yaitu Analisis Sistem,
Perancangan Sistem, dan implementasi (operasi).
Perancangan sistem pemotongan pajak yang efisien dan efektif adalah melalui
penyisipan software sistem ke dalam sistem transaksi foreign exchange dalam sistem
internet yang di jalankan oleh perusahaan-perusahaan foreign exchange. Seperti dalam
skema di bawah.
6 5
1
2
3
4
Keterangan:
1. Dirjen Pajak memantau transaksi-transaksi yang telah dilakukan oleh trader dan
investor.
2. Investor dan Trader melakukan transaksi foreign exchange melalui internet.
3. Perusahaan Foreign Exchange melakukan transaksi dengan para broker dan
investor melalui media internet.
4. Perusahaan Foreign Exchange setiap tahun memotong pajak pada para investor dan
trader atas keuntungan dari jumlah hasil transaksi foreign exchange dalam setahun
untuk disetorkan pada Dirjen Pajak melalui Bank yang ditunjuk.
5. Dirjen Pajak melakukan konfirmasi atas jumlah pajak yang di transfer oleh
perusahaan foreign exchange dengan hasil perhitungan pajak melalui internet.
Dirjen Pajak
Perusahaan Foreign
Exchange
Media
Internet
Trader dan
Investor
Bank
DAFTAR ISI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12 No. 1, Januari 2007
128
6. Trader dan Investor melakukan konfirmasi pemotongan pajaknya kepada Dirjen
Pajak.
Skema Sistem Pemotongan Pajak atas Transaksi Pertukaran Mata Uang Asing (Foreign
Exchange Trading)
5. Penelitian Triandis
Sesuai dengan hasil penelitian Triandis pada tahun 1980, yang meneliti tentang
penggunaan komputer dalam perusahaan. Konsep model yang diajukan oleh Triandis
adalah bahwa penggunaan PC di perusahaan dipengaruhi oleh perasaan individual
(afeksi) terhadap pemakaian PC, norma-norma sosial dalam lingkungan kerja,
kebiasaan yang berhubungan dengan penggunaan komputer, hasil yang diharapkan atas
penggunaan komputer, dan fasilitas pendukung dalam lingkungan komputerisasi.
Berangkat dari hasil penelitian Triandis tersebut maka dalam penelitian ini mengambil
model seperti bagan di bawah ini.
Norma sosial adalah pesan yang diterima dari orang lain yang merefleksikan tentang
apa yang akan dilakukan oleh seseorang. Lingkungan internal individu dalam budaya
subyektif kelompok tertentu dan hubungan interpersonal secara spesifik akan
membentuk hubungan satu individu dengan individu lainnya.
Kultur subyektif terbagi atas :
1. Norma (norm), yaitu instruksi pribadi untuk melakukan apa yang dianggapnya
benar dan dipengaruhi oleh para anggota masyarakat yang ada dalam situasi sosial
yang spesifik. Atau dengan kata lain adalah apa yang orang lain ingin kita lakukan.
2. Peraturan (role), merupakan perilaku individu yang lebih luas lagi karena
menyangkut keputusan seseorang yang berada pada suatu posisi tertentu dalam
kelompok, masyarakat, atau sistem sosial.
Norma-norma Sosial
Afeksi
Kondisi yang
Mendukung
Kecenderungan
DAFTAR ISI
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan ……. (Agus Zahron Idris)
129
3. Nilai (value), merupakan suatu disposisi yang lebih luas dan sifatnya lebih
mendasar. Nilai berakar lebih dalam dan karenanya lebih stabil dibandingkan sikap
individu.
Dalam penelitian ini variabel norma sosial adalah pandangan individu terhadap
peraturan perpajakan di Indonesia.
Afeksi, komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap
suatu obyek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang
dimiliki terhadap sesuatu. Triandis menggunakan kata afeksi, untuk menggambarkan
perasaan seseorang yang berkaitan dengan perasaan senang, nyaman, dan nikmat, atau
tertekan, kesal, dan benci.
Variabel dalam kontruk afeksi adalah persepsi yang dipercaya akan berpengaruh jika
software sistem pemotongan pajak pada transaksi pertukaran mata uang (foreign
exchange) diterapkan dalam website mereka.
Fasilitas Pendukung, merupakan faktor obyektif di luar lingkungan. Menurut Triandis
perilaku tidak akan terlaksana jika kondisi obyektif dalam lingkungan tersebut tidak
mendukung.
Bentuk variabel fasilitas pendukung adalah keyakinan akan tersedianya sofware yang
simple dan pendukung sistem lainnya untuk operasionalisasi sistem.
E. Hipotesis Penelitian
1. Afeksi perusahaan foreign exchange terhadap penerapan software berpengaruh
positif terhadap minat mereka untuk menyisipkan software tersebut.
2. Norma sosial perusahaan foreign exchange terhadap penerapan software
berpengaruh positif terhadap minat mereka untuk menyisipkan software tersebut.
3. Faktor pendukung perusahaan foreign exchange terhadap penerapan software
berpengaruh positif terhadap minat mereka untuk menyisipkan software tersebut.
4. Afeksi, norma sosial dan faktor pendukung dari perusahaan foreign exchange
secara bersama-sama berpengaruh terhadap minat mereka untuk menyisipkan
software tersebut.
Metode pengumpulan data
Penelitian ini menggunakan data primer, dimana pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner pada 70 perusahaan foreign exchange
yang berbasis internet melalui e-mail.
Pola penyebarannya dengan cara membuat satu jenis kuesioner online melalui website
www.formsite.com dan untuk mempercepat proses pengisisn serta pengiriman kembali
dari kuesioner tadi, kemudian kuesioner tadi di attach dan dikirimkan pada contact
person dari tiap perusahaan dan hasil jawaban dari perusahaan tersebut secara otomatis
langsung terkirim kembali ke e-mail peneliti.
DAFTAR ISI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12 No. 1, Januari 2007
130
Kerangka Penelitian
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Analisis Deskriptif
Gambaran Umum
Dari 70 perusahaan yang terpilih menjadi sampel, keseluruhan perusahaan (responden)
mengetahui mengenai Income tax. Tetapi sebagian besar perusahaan yakni sebesar 62,8
persen tidak mengetahui mengenai Indonesian’s tax policy, sedangkan sisanya sebesar
37,2 persen mengetahui mengenai Indonesian’s tax policy.
Persentase terbesar perusahaan yakni sebesar 42,3 persen menyatakan sangat setuju
mengenai pengenaan pajak pada transaksi foreign exchange.
Variabel-variabel Penelitian
Persentase terbesar dari perusahaan yang memiliki minat tinggi untuk menyisipkan
software tersebut terjadi pada kelompok perusahaan dengan afeksi positif yaitu sebesar
81,4 persen dan yang terkecil terjadi pada kelompok perusahaan dengan afeksi negatif
yaitu sebesar 18,6 persen.
Norma sosial dibedakan menjadi dua yaitu positif dan negatif. Persentase perusahaan
yang memiliki minat tinggi untuk menyisipkan software pengenaan pajak atas
transaksi foreign exchange terjadi pada kelompok perusahaan dengan norma sosial
positif yaitu sebesar 67,4 persen. Dan persentase ini menurun pada kelompok
perusahaan dengan norma sosial negatif yaitu sebesar 32,6 persen.
Berdasarkan faktor pendukung yang dibedakan menjadi positif dan negatif, persentase
perusahaan yang memiliki minat tinggi untuk menyisipkan software pengenaan pajak
FAKTOR
PENDUKUNG
(X1)
AFEKSI
(X1)
NORMA
SOSIAL
(X2)
MINAT
(Y)
DAFTAR ISI
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan ……. (Agus Zahron Idris)
131
atas transaksi foreign exchange lebih banyak terjadi pada kelompok perusahaan dengan
faktor pendukung positif yaitu sebesar 81,4 persen daripada kelompok perusahaan
dengan faktor pendukung negatif yaitu sebesar 18,6 persen.
Analisis Regresi logistik
Penghitungan regresi logistik dilakukan dengan menggunakan paket program SPSS 11.5
for windows dengan menggunakan metode Backward Wald. Dengan metode ini maka
setiap variabel yang tidak signifikan akan dikeluarkan dari model secara otomatis
melalui beberapa iterasi.
Berdasarkan hasil pengolahan dan perhitungan (Lihat output Omnibus Tests of Model
Coefficients), diketahui bahwa nilai statistik uji G2 adalah sebesar 14,268 dengan
signifikansi sebesar 0,001 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif yang
menyatakan minimal ada satu variabel dari tiga variabel penjelas yang digunakan,
berpengaruh signifikan terhadap minat perusahaan untuk menyisipkan software
pengenaan pajak atas transaksi foreign exchange dapat diterima dan digunakan untuk
menjelaskan variabel respon.
Nilai-nilai statistik uji yang lain dapat dilihat pada tabel berikut ini yang menyajikan
nilai parameter statistik, statistik uji wald, nilai odds rasio.
Tabel 2. Parameter Statistik, Uji Wald dan Odds Rasio
Variabel βˆ SE ( βˆ ) Wald Sig Exp( βˆ )
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Afeksi
Positif (1) 1,262 0,541 5,428 0,020 3,531
Norma Sosial
Positif (1) 1,103 0,508 4,714 0,030 3,014
Konstan -1,195 0,480 6,207 0,013
Sumber: diolah dari data primer, 2004
Berdasarkan statistik uji wald yang di dapat, jika dilihat secara parsial dapat ditarik
kesimpulan bahwa ada dua variabel yang berpengaruh nyata terhadap minat perusahaan
untuk menyisipkan software pengenaan pajak atas transaksi foreign exchange yaitu
variabel afeksi dan norma sosial.
Model yang di peroleh adalah sebagai berikut:
) D 103 , 1 1,262D -1,195 exp( 1
) D 103 , 1 1,262D -1,195 exp( ˆ
2 1
2 1
+ + +
+ +
= x π
Model persamaan linier yang dihasilkan dari transformasi logit adalah sebagai berikut:
g(x) = -1,195+1,262D1+1,103D2 , dimana:
D1 = Afeksi (Positif)
D2 = Norma sosial (Positif)
DAFTAR ISI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12 No. 1, Januari 2007
132
Berdasarkan nilai estimasi koefisien regresi ( βˆ ) yang didapatkan pada tabel 2 di atas
terlihat bahwa nilai βˆ untuk variabel afeksi adalah 1,262 yang berarti bahwa ada
hubungan positif antara afeksi dengan minat perusahaan untuk menyisipkan software
pengenaan pajak atas transaksi foreign exchange. Hal ini dapat diartikan bahwa
kecenderungan perusahaan dengan afeksi positif untuk memiliki minat yang tinggi
untuk menyisipkan software pengenaan pajak atas transaksi foreign exchange lebih
besar dibandingkan perusahaan dengan afeksi negatif.
Variabel norma sosial juga memiliki hubungan positif dengan minat perusahaan untuk
menyisipkan software pengenaan pajak atas transaksi foreign exchange dengan nilai βˆ
sebesar 1,103 . Hal ini dapat diartikan bahwa kecenderungan perusahaan dengan norma
sosial positif untuk memiliki minat yang tinggi untuk menyisipkan software pengenaan
pajak atas transaksi foreign exchange lebih besar dibandingkan perusahaan dengan
norma sosial negatif.
Untuk mengetahui tingkat kecenderungan dari variabel-variabel yang masuk ke dalam
model, maka digunakan nilai odds rasio yang ditunjukkan dengan nilai eksponensial
beta (exp βˆ).
Sebagai kategori dasar (reference category) untuk variabel afeksi dalam analisis ini
adalah afeksi negatif. Sedangkan kategori dasar untuk variabel norma social adalah
norma sosial negatif.
Kategori dasar atau reference category merupakan kategori-kategori yang ada dalam
variabel penjelas yang digunakan sebagai pembanding pada tahapan analisis.
Berdasarkan nilai exp ( βˆ ) pada tabel 2 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Nilai odds rasio untuk perusahaan dengan afeksi positif adalah sebesar 3,531. Nilai
ini berarti bahwa kecenderungan perusahaan dengan afeksi positif untuk memiliki
minat yang tinggi untuk untuk menyisipkan software pengenaan pajak atas
transaksi foreign exchange sebesar 3,531 kali daripada perusahaan dengan afeksi
negatif.
2. Nilai odds rasio untuk perusahaan dengan norma sosial positif adalah sebesar
3,014. Nilai ini berarti bahwa kecenderungan perusahaan dengan norma sosial
positif untuk memiliki minat yang tinggi untuk untuk menyisipkan software
pengenaan pajak atas transaksi foreign exchange sebesar 3,014 kali daripada
perusahaan dengan norma sosial negatif.
DAFTAR PUSTAKA
__________________, Indonesian Tax Laws 2000, Completed Compilation, Formasi
2001.
DAFTAR ISI
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan ……. (Agus Zahron Idris)
133
__________________, Undang-Undang Pajak Tahun 2000, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta, 2001.
Azwar, Saifuddin, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2003.
Bodnar, George H, William S Hoopwood, Accounting Information Systems, Prentice
Hall, Inc, Englewood Clift, New Jersey, 1994.
Coyle, Brian, Hedging Currency Exposures, Glenlake and Amacom, 2000.
Goode Richard, The Individual Income Tax, Studies of Government Finance, Princeton
University Press, 1964.
Hull, John C. Option, Futures and Other Derivative, Simon and Schuster, 1997.
Lindsay, John and Michael Lloyd, Taxation and Accounting for Financial Instruments,
Thouche Ross and Co. 1995.
Musgrave, Richard A, Peggy R. Musgrave, Keuangan Negara dalam Teori dan
Praktek, Terjemahan, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1993.
Nurmantu Safri, Pengantar Perpajakan, Institut Fiskal Indonesia, 2002.
Sommers, Robert L, Taxation of Day Traders, The San Fransisco Examiner Newspaper,
April 25, 1999.
Soemitro, Rochmat, Pajak Penghasilan, PT Eresco Bandung, 1993.
The Committee of Fiscal Affairs of OECD, Personal Income Tax Systems, Under
Changing Economic Conditions, Organization Economic for Co-operation
Development, 1986.
Thompson, Ronald L, Christopher A. Higgins, Jane M. Howell, Personal Computing:
Toward a Conceptual Model of Utilization, MIS QuarterlyVolume 15 No.1,
March 1991.
DAFTAR ISI
Analisa Penerapan Sistem Just In Time Untuk
Meningkatkan Efisiensi Dan Produktivitas Pada
Perusahaan Industri
Oleh :
Yenni Agustina11, Dewi Sukmasari12, Ermadiani13
ABSTRACT
The main purpose of this journal is to provide information to the people who is
interesting in knowing Just In-Time system. The Just In-Time Inventory control system
was originally pioneered in Japan but has recently become a very popular control
system in The United States. The principle of Just In-Time (JIT) is to eliminate sources
of manufacturing waste by getting right quantity of raw materials and producing the
right quantity of products in the right place at the right time. Traditionally, incoming
raw materials were ordered in very large shipments and were then stored in warehouse
until they were needed for production or for providing a service. The Just In-Time
system, organizations make frequent smaller orders of raw materials. Just In-Time
system use a demand pull system because items are produced or ordered only when
there are customer order.
Key words : inventory control system, waste eliminating, demand pull system.
1. Pendahuluan
Perkembangan peradaban manusia menimbulkan adanya perkembangan teknologi yang
terarah kepada teknologi canggih dan peningkatan kebutuhan manusia. Perkembangan
ini menimbulkan tantangan untuk memenuhinya dengan meningkatkan kemampuan
menyediakan atau menghasilkan produk yang berkualitas dengan biaya yang rendah.
Peningkatan kemampuan penyediaan atau produksi barang dan jasa yang dibutuhkan
manusia merupakan usaha yang harus dilakukan oleh perusahaan atau organisasi untuk
dapat memenuhi permintaan akan kebutuhan-kebutuhan tersebut secara efisien dan
produktif.
Persaingan di antara perusahaan-perusahaan tersebut akan membawa keuntungan bagi
konsumen karena persaingan yang semakin intensif akan mendorong perusahaan untuk
menghasilkan produk dengan harga yang lebih rendah, kualitas menjadi lebih tinggi,
dan semakin banyak pilihan. Selain itu, perkembangan teknologi informasi seperti
internet, e-commerce, dll membuat konsumen lebih mudah melakukan akses terhadap
kualitas produk dan jasa yang akan mereka beli. Tentu saja produk dan jasa yang akan
11 Dosen Jurusan Akuntansi FE Unila
12 Dosen Jurusan Akuntansi FE Unila
13 Dosen Jurusan Akuntansi FE Unsri
DAFTAR ISI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12 No. 1, Januari 2007
136
mereka beli adalah produk dengan kualitas terbaik dan harga yang relatif murah.
Dengan demikian perusahaan yang mampu eksis didunia bisnis adalah perusahaan yang
dapat menghasilkan produk-produk tersebut. Untuk menghadapi masalah tersebut,
manajer harus mengetahui apa yang diinginkan konsumen dan kapan mereka
memerlukannya. Perusahaan harus mampu menciptakan suatu sistem yang dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan dengan mengeliminasi setiap
pemborosan yang ada. Dengan kata lain perusahaan harus dapat mengurangi atau
bahkan menghilangkan kegiatan-kegiatan yang tidak bernilai tambah (nonvalue added
activities) dan memaksimalkan kegiatan-kegiatan yang bernilai tambah (value added
activities). Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mewujudkan
kondisi ini adalah dengan menerapkan sistem pengendalian persediaan dan produksi
Just In-Time. Sekarang, Sistem Just In-Time bukan hanya sekadar wacana saja tetapi
telah dapat diimplementasikan di beberapa perusahaan baik diperusahaan luar negeri
maupun perusahaan dalam negeri.
2. Pengertian Sistem Just In-Time
Ada banyak ahli yang telah memberikan pendapatnya mengenai sistem just in time ini.
Di antaranya yaitu :
a. William J. Stevenson dalam bukunya yang berjudul “Production/operations
Management” mendefinisikan sistem Just In Time sebagai “a repetitive production
system in which processing and movement of materials and goods occur just as
they are needed, usually in small batches” (Christine A.Swanson dan William M.
Kankford, 2005).
b. Schniederjans mendefinisikan Just In Time sebagai “The successful completion of
a product at each stage of production activity from vendor to customer just in time
for its use and at minimum cost. Just In Time can also be generally defined as a
strategy or guiding philosophy whose goal it is to seek manufacturing excellence”
(Bambang Tjahjadi, 2001).
c. Goetsch dan Davis (1998) mendefinisikan Just In Time sebagai “producing only
what is needed, when it is needed and in the quantity that is needed” (Bambang
Tjahjadi, 2001).
d. Ptak (1997) menyatakan bahwa Just In Time merupakan suatu filosofi yang
mendorong organisasi untuk meningkatkan produk dan proses produksinya dengan
mengeliminasi pemborosan-pemborosan (Christine A.Swanson dan William M.
Kankford, 2005).
Jadi dari definisi-definisi yang telah diberikan oleh para ahli tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa sistem Just In Time merupakan suatu filosofi yang berusaha untuk
mengeliminasi sumber-sumber pemborosan dengan memproduksi produk dengan
jumlah yang tepat, kualitas yang tepat, dan dalam waktu yang tepat guna meningkatkan
efisiensi dan produktivitas perusahaan.
DAFTAR ISI
Analisa Penerapan Sistem Just In Time ……. (Yenni Agustina, Dewi Sukmasari, Ermadiani R.)
137
e. Perbedaan Sistem Pengendalian Persediaan dan Produksi Tradisional dengan
Sistem Just In-Time.
Garrison/Noreen (2000:10) menyatakan bahwa Pendekatan Just in time (JIT) dapat
digunakan baik untuk perusahaan perdagangan maupun manufaktur. Sistem Just In
Time akan menimbulkan dampak yang signifikan pada operasi perusahaan manufaktur
yang memiliki 3 kelas persediaan, yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang
dalam proses, dan persediaan barang jadi. Bahan baku adalah material atau bahan dasar
yang digunakan untuk membuat suatu produk. Barang dalam proses merupakan
persediaan barang yang proses produksinya baru diselesaikan sebagian dan masih
membutuhkan proses yang lebih lanjut sebelum siap untuk dilempar ke konsumen.
Sedangkan barang jadi adalah unit produk yang telah selesai diproses secara penuh,
tetapi belum dijual kepada konsumen.
Dalam sistem tradisional, perusahaan harus memiliki ketiga kelas persediaan tersebut
dalam jumlah yang besar sebagai penyangga sehingga operasi dapat berjalan dengan
mulus tanpa ada gangguan. Bahan baku dalam jumlah yang besar diperlukan untuk
mengantisipasi jika pemasok terlambat mengantar bahan yang diminta. Barang dalam
proses diperlukan untuk mengantisipasi jika ada workstation yang tidak beroperasi
normal. Sedangkan barang jadi diperlukan untuk mengantisipasi jika ada fluktuasi
permintaan.
Berbeda dengan sistem tradisional, perusahaan yang menerapkan sistem Just In Time
akan membeli bahan baku hanya untuk kebutuhan saat itu saja. Perusahaan tidak
memiliki persediaan barang dalam proses dan semua barang jadi yang telah diselesaikan
langsung dikirimkan kepada konsumen. Jadi, just in time berarti bahwa bahan baku
diterima segera masuk ke proses produksi, bahan tersebut kemudian diproses, dan
produk yang telah jadi segera dikirimkan kepada konsumen.
Di samping perbedaan dalam hal persediaan, perbedaan lainnya yang dapat dilihat
adalah sebagai berikut :
1. Layout produksi
Layout dapat didefinisikan sebagai susunan dari mesin-mesin dan peralatan produksi di
suatu pabrik. Masalah layout merupakan masalah yang tetap dihadapi oleh perusahaan
baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Semua fasilitas untuk produksi baik
mesin-mesin, pekerja, maupun fasilitas-fasilitas lainnya harus disediakan pada
tempatnya masing-masing agar dapat bekerja dengan efisien dan efektif.
Dalam sistem pengendalian persediaan dan produksi tradisional, layout pabrik dibuat
secara terspesialisasi. Maksudnya adalah semua mesin dan peralatan yang sama
ditempatkan atau dikelompokkan dalam suatu area atau departemen yang sama.
Perusahaan merancang pabrik dengan mengelompokkan mesin dan peralatan sesuai
dengan tipe dan jenisnya. Pendekatan ini mengharuskan pekerjaan dilaksanakan dari
sekelompok mesin tertentu ke kelompok mesin yang lain, meskipun terpaksa harus
dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain atau bahkan ke gedung lain. Akibatnya
DAFTAR ISI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12 No. 1, Januari 2007
138
biaya penanganan bahan menjadi tinggi, pekerjaan dalam pengurusan persediaan
menjadi terlalu banyak, dan penundaan-penundaan yang tidak perlu.
Sedangkan Untuk penerapan Just In Time dengan tepat, perusahaan harus memperbaiki
rancangan alur produksi dalam pabrik yang merupakan tahapan-tahapan fisik suatu
produk mulai dari bahan mentah sampai menjadi barang jadi. Seluruh mesin yang
digunakan untuk memproses produk tertentu disatukan dalam suatu lokasi tertentu.
Pendekatan ini menjadikan layout pabrik menjadi pabrik mini untuk masing-masing
produk sehingga biasa disebut pabrik di dalam pabrik (factory within a factory).
Rancangan alur produksi dapat berbentuk garis lurus atau dapat berbentuk U.
Rancangan alur produksi dapat juga berbentuk sel. Dalam rancangan sel, seorang
pekerja menangani beberapa mesin sehingga mulai dari bahan mentah sampai produk
jadi diselesaikan olehnya. kuncinya adalah bahwa semua mesin berada dalam satu lini
produksi dikelompokan menjadi satu sehingga tidak untuk produk setengah jadi yang
harus dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain dalam suatu pabrik..
2. Pengelompokan dan Pemberdayaan Karyawan
Dalam sistem tradisional, seorang pekerja hanya melaksanakan pekerjaan tunggal dan
pemeliharaan dilakukan oleh pekerja khusus. Selain itu, pekerja juga tidak memiliki
wewenang untuk menghentikan proses produksi. Hal ini sangat berbeda dengan sistem
Just In Time. Dalam sistem Just In Time, pekerja atau karyawan dituntut untuk memiliki
kemampuan ganda dan fleksibel. Pekerja perlu mengetahui dan bisa melakukan
pekerjaan-pekerjaan lain di luar pekerjaannya. Hal ini diperlukan agar pekerja dapat
saling menggantikan bila ada pekerja lain yang absen sehingga tidak mengganggu
proses produksi. Pekerja diharapkan dapat mengoperasikan seluruh peralatan yang ada
dalam jalur produksi, dan juga mampu untuk melakukan pemeliharaan dan perbaikan
kecil alat-alat yang menjadi tanggung jawabnya. Sedangkan dalam hal pemberdayaan
pekerja, partisipasi dari pekerja sangat diharapkan dalam sistem Just In Time ini.
Pekerja memiliki peran yang sangat penting dalam proses produksi sehingga pekerja
perlu untuk diberi kewenangan dalam mengambil keputusan-keputusan sesuai dengan
batasan tugas dan tanggung jawabnya. Pekerja memiliki wewenang untuk menyatakan
pendapatnya mengenai bagaimana pabrik sebaiknya dioperasikan dan juga untuk
menghentikan proses produksi jika mereka menemukan adanya masalah.
3. Set up Mesin
Set up berisi aktivitas menyiapkan bahan, mengubah setting mesin, mempersiapkan
peralatan, dan melakukan pengujian. Set up harus sering dilakukan apabila akan beralih
dari pemrosesan unit produksi tertentu ke jenis produk yang lain. Dalam sistem
tradisional, set up harus sering dilakukan dalam memproduksi produk. Sebagai contoh,
bukan hal sederhana untuk mengubah dari layout produksi untuk mengahasilkan sekrup
dengan ukuran ½ inci menjadi ¾ inci, apalagi untuk mesin-mesin yang masih ditangani
secara manual. Serangkaian langkah persiapan harus dibuat dan aktivitas ini dinilai
cukup memakan waktu dan harus dihindari dan oleh karenanya setiap jenis produk
harus diproduksi dalam jumlah besar, akibatnya adalah menumpuknya barang sehingga
tertumpuk sampai berhari-hari atau bahkan sampai beberapa bulan sebelum masuk ke
workstation berikutnya. Berbeda dengan sistem Just In Time, waktu set up dapat
DAFTAR ISI
Analisa Penerapan Sistem Just In Time ……. (Yenni Agustina, Dewi Sukmasari, Ermadiani R.)
139
dikurangi dengan memperhatikan rancangan alur produksi. Jika peralatan dan mesin
dirancang untuk satu jenis produk, maka tidak diperlukan lagi set up yang berulangulang
dan jumlah unit produksi dapat dipenuhi berapapun sesuai dengan yang
diinginkan.
4. Proses Produksi
Dalam sistem tradisional, pendekatan yang digunakan adalah push system. Bahan baku
dibeli dan disimpan kemudian di dorong masuk ke proses produksi, dari satu proses ke
proses berikutnya sampai menjadi produk jadi yang siap dipasarkan. Sedangkan dalam
sistem Just In Time, pendekatan yang digunakan adalah pull system. Proses produksi
akan ditentukan oleh permintaan dari konsumen. Kemudian order dari konsumen ini
akan menarik seberapa banyak barang yang dibutuhkan untuk diproses pada workstation
sebelumnya. (Garrison/
Berdasarkan uraian di atas, maka perbedaan utama antara sistem pengendalian
persediaan dan produksi tradisional dengan sistem just in time dapat diringkas sebagai
berikut :
Perbedaan utama antara sistem pengendalian persediaan dan produksi tradisional
dengan sistem just in time
Sistem Just in time Sistem Tradisional
Sistem tarik (pull system) Sistem dorong (push system)
Persediaan dalam jumlah kecil Persediaan dalam jumlah besar
Basis pemasok kecil Basis pemasok besar
Kontrak jangka panjang Kontrak jangka pendek
Struktur selular Struktur departemen
Tenaga kerja keahlian ganda Tenaga kerja terspesialisasi
Keterlibatan karyawan tinggi Keterlibatan karyawan rendah
Manajemen mutu terpadu Tingkat mutu yang dapat diterima
Pasar Pembeli Pasar Penjual
Fokus rantai-nilai Fokus nilai tambah
Sumber : Hansen & Mowen ”Manajemen Biaya” (2000:392)
f. Elemen Penting Sistem Just in Time
Untuk menjamin keberhasilan dalam penerapan sistem Just In Time ini dibutuhkan
adanya kerja sama dari beberapa elemen penting. Elemen-elemen tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Flexible Resources
Karyawan dalam lingkungan Just In Time harus memiliki kemampuan ganda dan
fleksibel. Karyawan diharapkan dapat mengoperasikan seluruh peralatan dan mesin
DAFTAR ISI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12 No. 1, Januari 2007
140
dalam jalur produksi. Selain itu, mereka juga diharapkan mampu untuk melakukan
pemeliharaan dan perbaikan kecil alat-alat yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Cellular Layout
Dalam sistem Just In Time, mesin-mesin diatur sedemikian rupa menyerupai setengah
lingkaran atau ditata dengan pola selular untuk tujuan efisiensi sehingga dapat
mengurangi berbagai pemborosan. Setiap sel dirancang untuk memproduksi satu produk
tertentu. Produk dipindahkan dari satu mesin ke mesin lainnya dari awal hingga akhir.
Setiap sel merupakan miniatur pabrik secara keseluruhan.
3. Pull System
Dalam pull system, proses produksi akan ditentukan oleh adanya permintaan dari
konsumen. Ketika permintaan konsumen masuk, bagian akhir dari perakitan akan
memberikan tanda ke bagian sebelumnya untuk mengirimkan sejumlah partisi atau
bahan yang dibutuhkan pada bagian tersebut. Demikian seterusnya, bagian di
belakangnya akan mengirimkan tanda ke bagian yang ada di belakangnya lagi untuk
mengirimkan barang setengah jadi sesuai dengan kebutuhan.
Pendekatan Pull Just In Time Untuk Aliran Barang
Sumber: Garrison/Noreen “Akuntansi Manajerial” (2000:12)
PEMASOK Cutting
workstation
Milling
Workstation
Assembly
Workstation
Sales
Department
Order JIT untuk
bahan baku
Order JIT untuk
komponen dibagian
pemotongaan
Order JIT untuk
komponen dibagian
penggilingan
Order JIT untuk
barang jadi
customer
Order konsumen dan
batas waktu
pengiriman
Workstation final mendorong
terjadinya kebutuhan akan bahan
dan komponen secukupnya
DAFTAR ISI
Analisa Penerapan Sistem Just In Time ……. (Yenni Agustina, Dewi Sukmasari, Ermadiani R.)
141
4. Quick Set up
Set up merupakan aktivitas yang terdiri dari menyiapkan bahan, mengubah setting
mesin, mempersiapkan peralatan, dan melakukan pengujian. Dalam sistem Just In Time,
set up yang berulang-ulang tidak diperlukan lagi karena mesin telah dirancang untuk
satu jenis produk.
5. Small-lot Production
Perusahaan yang menerapkan sistem Just In Time hanya akan berproduksi sesuai
dengan permintaan konsumen. Tidak seperti yang dilakukan dalam sistem tradisional
yang menerapkan sistem mass production. Produksi dalam jumlah yang kecil ini
dimaksudkan untuk mengurangi biaya-biaya yang tidak perlu seperti biaya gudang,
biaya pemeliharaan barang, dan lain-lain.
6. Quality at The Source
Barang cacat dapat menimbulkan masalah besar dalam lingkungan Just In Time. Jika
sejumlah unit produk jadi yang dihasilkan mengandung produk cacat, perusahaan tidak
dapat mengirimkan sejumlah barang yang diminta oleh konsumen dan perusahaan harus
mengulang kembali proses produksi hanya untuk membuat pengganti produk yang cacat
saja. Kondisi ini akan menimbulkan adanya penundaan dalam pengiriman barang
kepada konsumen dan menimbulkan kekecewaan konsumen. Jadi, dalam lingkungan
Just In Time kualitas merupakan suatu elemen yang sangat penting di samping elemen
yang lain.
7. Supplier Networks
Just In Time sangat membutuhkan hubungan khusus antara pemasok dengan perusahaan
pembeli. Pemasok diharapkan mampu mengirim barang dalam frekuensi yang lebih
banyak dengan jumlah yang lebih kecil. Kedua belah pihak dituntut untuk dapat bekerja
sama guna mencapai keberhasilan bersama di masa mendatang.
Sistem Just In-Time telah diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang ada di dunia,
seperti Toyota Motor Company di Jepang yang merupakan negara pencetus dari ide ini,
Dell Computer, Intel, Mc. Donald, Black and Decker, Goodyear, dan lain-lain. Sistem
ini tidak hanya bisa diterapkan di perusahaan manufaktur saja, tetapi juga dapat
diterapkan di jenis perusahaan lainnya, seperti perusahaan dagang maupun jasa. Di
Indonesia, ada beberapa perusahaan yang telah mencoba untuk menerapkan sistem Just
In Time, seperti PT Astra Daihatsu Motor, PT Triangle Motor, PT Ardi Indah, dan lainlain.
Di antara perusahaan-perusahaan tersebut, ada beberapa perusahaan yang telah
berhasil menerapkan sistem ini, seperti PT Astra Daihatsu Motor, perusahaan ini telah
berhasil meningkatkan kualitas produknya, mengurangi biaya, dan meningkatkan
partisipasi dari pekerja-pekerjanya. Bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia, sistem ini
merupakan suatu hal yang baru karena hanya beberapa perusahaan yang mampu
menerapkannya dengan baik. Ada beberapa faktor yang menyebabkan sistem ini sulit
untuk diterapkan di Indonesia, seperti ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, dan yang
paling penting adalah masalah dana.
DAFTAR ISI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12 No. 1, Januari 2007
142
g. Penerapan sistem Just In-Time
Sistem Just In Time dalam perusahaan dapat diterapkan dalam dua kegiatan, yaitu
kegiatan pembelian dan produksi. Penerapan sistem Just In Time adalah sebagai berikut:
1. Sistem pembelian Just In Time
Sistem pembelian Just In Time merupakan bagian yang sangat kritis dalam keseluruhan
sistem Just In Time karena melibatkan pihak luar, yaitu pemasok. Pemasok dalam
sistem Just In Time dituntut untuk memiliki komitmen tinggi dalam mengirimkan
barang dengan kualitas, kuantitas, dan waktu yang telah disepakati. Perusahaan harus
mencari pemasok terpercaya yang dapat mengirimkan barang sesuai dengan kebutuhan.
Oleh karena itu, dalam Sistem pembelian Just In Time akan melibatkan kontrak jangka
panjang yang telah dinegosiasi antara kedua belah pihak. Dalam kontrak tersebut akan
memuat beberapa hal penting seperti jumlah pesanan, frekuensi pengiriman, tingkat
kualitas, dan harga yang disepakati. Kontrak yang telah disepakati oleh pihak pemasok
dengan perusahaan masih memiliki kemungkinan untuk direvisi tergantung dari situasi
dan kondisi yang sedang dihadapi.
Dalam lingkungan Just In Time, pembelian akan dilakukan dengan sistem penjadwalan
pengadaan barang sehingga penyerahan dapat dilakukan dengan segera untuk
memenuhi permintaan baik dari pembeli maupun dari tahapan proses berikutnya.
Pembelian Just In Time dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan
aktivitas pembelian dengan cara sebagai berikut :
a. Mengurangi jumlah supplier, sehingga perusahaan dapat mengurangi sumbersumber
yang dicurahkan dalam negosiasi dengan supplier.
b. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi melalui kontrak
kerja jangka panjang dengan supplier, menyangkut persyaratan pembelian,
kualitas bahan dan harga yang wajar.
c. Memiliki pembeli atau konsumen dengan program pembelian yang mapan
Rencana pembelian yang mapan oleh pembeli atau konsumen, dapat
memberikan informasi bagi supplier mengenai persyaratan kualitas bahan dan
saat penyerahan dengan tenggang waktu tertentu sesuai rencana produksi.
d. Mengeliminasi dan mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak menambah nilai
bagi produk, seperti kegiatan dan biaya penyimpanan atau biaya pemindahan
bahan dari gudang ke pabrik.
e. Mengurangi waktu dan biaya program pemeriksaan kualitas. Pemilihan
supplier yang dapat menjamin ketepatan waktu, jumlah dan kualitas barang
yang dibeli dapat mengurangi waktu dan biaya pemeriksaan.
2. Sistem produksi Just In Time
Dalam sistem produksi Just In Time, pendekatan yang digunakan dalam sistem ini
adalah pull system. Permintaan menarik produk melalui proses produksi. Tiap operasi
hanya memproduksi apa yang diperlukan untuk memenuhi permintaan dari operasi
DAFTAR ISI
Analisa Penerapan Sistem Just In Time ……. (Yenni Agustina, Dewi Sukmasari, Ermadiani R.)
143
secara berturut-turut. Tidak ada operasi yang dilakukan hingga adanya tanda dari proses
secara berturut-turut menunjukkan kebutuhan untuk memproduksi. Bahan baku tiba
tepat waktu untuk digunakan dalam produksi.
Elemen-elemen kunci Just In Time produksi mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Lini produksi berjalan berdasarkan sistem tarik (pull system), sehingga aktivitas
setiap workstation mengikuti permintaan dari workstation berikutnya. Pada level
akhir perakitan, sinyal dikirim ke workstation di belakangnya. Sinyal tersebut
mengindikasikan sejumlah partisi dan bahan-bahan yang akan dikerjakan pada lini
atau workstation tersebut. Kemudian workstation di belakangnya tersebut
mengirimkan sinyal yang sama di workstation yang ada di belakangnya lagi,
sehingga arus barang tetap terpelihara dan berjalan dengan baik. Barang dalam
proses pada setiap workstation diharapkan dapat mencapai nol.
b. Mengurangi lead time produksi. Pengurangan lead time memungkinkan perusahaan
dapat berproduksi dengan waktu yang efisien dan efektif.
Menekankan pada penyederhanaan aktivitas pada lini produksi, sehingga nonvalueadded
activity dapat dieliminasi. Oleh karena itu, perusahaan yang menerapkan sistem
Just In Time merestrukturisasi tata letak pabrik atau dengan memperlancar aliran bahan
atau produk di antara workstation yang berurutan.
h. Pengaruh Penerapan Sistem Just In Time Terhadap Efisiensi dan
Produktivitas Perusahaan.
Sistem Just In Time yang diterapkan perusahaan ternyata dapat memberikan manfaat
dalam peningkatan efisiensi dan produktivitas perusahaan sehingga dapat bersaing di
pasar global. Manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan sistem ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengeliminasi pemborosan
Sistem Just In Time yang diterapkan oleh perusahaan berusaha untuk menghilangkan
kegiatan-kegiatan yang tidak bernilai tambah (nonvalue-added activity) bagi produk.
Dalam perusahaan manufaktur, ada lima golongan kegiatan yang sering disebut sebagai
sumber pemborosan dan tidak menambah nilai yang harus dieliminasi dalam kegiatan
produksi. Kelima golongan kegiatan tersebut adalah
A. Penyusunan skedul untuk menentukan kapan berbagai produk yang berbeda harus
dimasukkan ke dalam proses produksi.
B. Pemindahan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi dari satu tempat ke
tempat lain.
C. Penantian yang merupakan kegiatan menunggu bahan baku dan barang dalam
proses untuk proses berikutnya.
DAFTAR ISI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12 No. 1, Januari 2007
144
D. Inspeksi yang mengkonsumsi waktu dan sumber daya untuk menjamin produk yang
dihasilkan sesuai dengan spesifikasi kualitas yang ditetapkan.
E. Penyimpanan yang menggunakan waktu dan sumber daya, selama bahan baku dan
produk disimpan sebagai persediaan.
Dengan berkurangnya kegiatan-kegiatan yang tidak menambah nilai tersebut, maka
akan memberikan dampak terhadap pengurangan biaya, seperti biaya gudang, biaya
pemeliharaan persediaan, biaya penanganan bahan, biaya untuk negosiasi dengan
supplier, dan lain-lain. Walaupun penerapan sistem Just In Time ini akan menimbulkan
biaya-biaya baru, seperti biaya pemeliharaan jaringan dengan pemasok, akan tetapi tetap
akan mengurangi biaya produksi secara relatif. Sehingga dengan berkurangnya kegiatan
nonvalue-added dan biaya secara relatif, maka akan meningkatkan efisiensi perusahaan
dengan menghasilkan produk dengan harga yang rendah.
2. Adanya partisipasi dari karyawan
Dalam sistem Just In Time, peran dari semua pihak sangat dibutuhkan baik dari manajer
maupun dari karyawan atau pekerja yang bersangkutan. Pemberdayaan pekerja sangat
diperlukan untuk mencapai tujuan dari sistem ini yaitu peningkatan efisiensi dan
produktivitas perusahaan. Pekerja memiliki peran yang penting dalam proses produksi
sehingga memerlukan adanya kewenangan untuk mengambil keputusan-keputusan
sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan adanya keterlibatan pekerja,
menimbulkan adanya perasaan memiliki dalam diri mereka sehingga akan mendorong
mereka untuk bekerja dengan sebaik-baiknya guna mencapai tujuan perusahaan.
3. Mengurangi atau bahkan menghilangkan produk cacat
Produk cacat dapat menimbulkan masalah bagi perusahaan karena dapat menimbulkan
penundaan dalam pengiriman barang dan memerlukan pengerjaan ulang untuk
mengganti produk tersebut yang pada akhirnya akan menimbulkan kekecewaan dari
konsumen. Produk yang dihasilkan akan semakin efisien karena tingkat kerusakan
produk akan ditekan sampai sekecil-kecilnya.
4. Meningkatkan produktivitas
Produktivitas merupakan rasio antara outputs dengan inputs. Dalam suatu
manufacturing cycle, dikenal istilah Manufacturing Cycle Efficiency (MCE).
Processing Time
MCE = -------------------------------------------------------------------------------------
Processing Time + Inspection Time + Waiting Time + Move Time
Just In Time purchasing dapat mengurangi bahkan menghilangkan inspection time,
waiting time, moving time sehingga dapat meningkatkan produktivitas akibat hilangnya
aktivitas tidak bernilai tambah. MCE yang ideal adalah sama dengan 1 atau mendekati
angka 1, yang berarti perusahaan dapat menghilangkan waktu dari aktivitas yang tidak
bernilai tambah (nonvalue added activities) dan mengoptimalkan waktu dari aktivitas
yang bernilai tambah (value added activities).
DAFTAR ISI
Analisa Penerapan Sistem Just In Time ……. (Yenni Agustina, Dewi Sukmasari, Ermadiani R.)
145
5. Manfaat dari segi akuntansi
Penerapan sistem Just In Time ini akan memberikan manfaat dari segi akuntansi
manajemen perusahaan yang menerapkannya. Manfaat-manfaat tersebut adalah :
a. Ketelusuran langsung atas biaya produk
Pada dasarnya ada 3 metode yang dapat digunakan untuk membebankan biaya pada
produk, yaitu penelusuran secara langsung, penelusuran pendorong, dan alokasi. Di
antara ketiga metode tersebut, penelusuran langsung merupakan metode yang paling
akurat. Dalam sistem tradisional, metode yang lebih sering digunakan adalah metode
penelusuran pendorong dan alokasi. metode ini dipilih karena dalam lingkungan
tradisional mesin dan peralatan pabrik disusun berdasarkan departemen-departemen dan
digunakan untuk menghasilkan berbagai macam produk, sehingga biaya yang timbul
merupakan biaya umum dari produk-produk tersebut. Perusahaan akan menggunakan
metode penelusuran pendorong atau alokasi untuk membebankan biaya umum tersebut
kepada produk.
Perusahaan yang menerapkan sistem Just In Time akan menggunakan metode
penelusuran secara langsung yang sulit untuk dapat diterapkan dalam sistem tradisional.
Dalam sistem Just In Time, layout pabrik akan disusun sedemikian rupa, sehingga
mesin dan peralatan pabrik hanya akan digunakan untuk menghasilkan satu jenis produk
saja. Dengan demikian, biaya-biaya yang timbul adalah biaya-biaya dari produk yang
bersangkutan, sehingga akan lebih mudah untuk ditelusuri secara langsung.
b. Perhitungan harga pokok produk
Penerapan sistem Just In Time memang memungkinkan perusahaan untuk
menggunakan metode penelusuran langsung. Akan tetapi, tidak semua biaya dapat
dibebankan secara langsung ke produk. Ada beberapa biaya yang tetap merupakan biaya
umum, seperti biaya penyusutan pabrik, biaya asuransi dan pajak, dan lain-lain. Untuk
biaya-biaya tersebut, perusahaan akan tetap menggunakan metode alokasi. Satu
konsekuensi dari meningkatnya biaya yang dapat dibebankan secara langsung tersebut
adalah meningkatnya keakuratan perhitungan harga pokok produk.
c. Penyederhanaan pencatatan sistem akuntansi
Penerapan Just In Time dalam perusahaan akan memberikan peluang untuk
menyederhanakan akuntansi untuk arus biaya produksi yang disebut perhitungan biaya
backflush (backflush accounting). Dalam sistem tradisional, perusahaan memiliki akun
persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan persediaan barang jadi dalam laporan
keuangannya. Akan tetapi, dalam perusahaan yang menerapkan sistem Just In Time,
laporan keuangannya tidak akan memuat akun persediaan bahan baku, barang dalam
proses, dan barang jadi. Bahan baku yang datang akan langsung masuk ke dalam proses,
kemudian setelah diproses dan menjadi barang jadi akan langsung dikirim ke
konsumen. Backflush accounting akan menghilangkan akun persediaan bahan baku dan
barang dalam proses dan memunculkan akun baru yaitu raw material and in process
(RIP). Demikian juga untuk akun tenaga kerja langsung dan biaya overhead akan
digabung menjadi akun pengendali biaya konversi.
DAFTAR ISI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12 No. 1, Januari 2007
146
PENUTUP
Dalam situasi perekonomian saat ini, sistem pengendalian persediaan dan produksi
tradisional yang dikemukakan Henry Ford seperti produksi massa tidak sesuai lagi
untuk diterapkan. Dalam sistem Just In Time, perusahaan hanya akan memproduksi
produk sesuai dengan permintaan konsumen. Untuk itu, perusahaan perlu melakukan
beberapa perubahan dalam lingkungan perusahaannya diantara yaitu : perubahan dari
layout pabrik, rancangan proses, standar kualitas, dan persediaan. Keberhasilan dalam
penerapan sistem Just In Time ini sangat membutuhkan dukungan dari berbagai pihak,
baik dari manajer, pekerja perusahaan, maupun dari supplier. Dengan adanya kerja
sama dari pihak-pihak tersebut, maka penerapan sistem Just In Time akan memberikan
hasil yang maksimal dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan
sehingga perusahaan dapat tetap bertahan di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA:
Assauri, Sofjan. 1993. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi 4. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta.
Garisson, Ray H. dan Eric W. Norren. 2000. Managerial Accounting. (diterjemahkan
oleh Totok Budisantoso). Buku 1. Salemba Empat. Jakarta.
Hansen & Mowen. 2000. Manajemen Biaya. Buku 1. Salemba Empat. Jakarta.
Iffah, Rakhmania. 2005. Penafsiran Kesiapan Suatu Perusahaan Untuk Menerapkan
Sistem JIT. http://digilib.its.ac.Id/go.. 20 September 2005.
Nur Indriantoro,Dr,Msc,Ak dan Bambang Supomo,Drs,Msi,Ak. 2002. Metodologi
Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Russel, Roberta S. dan Bernard W. Taylor III. 2003. Operation Management. Fourth
Edition. Prentise Hall. New York.
Swanson, Christine A. dan William M. Kankford. 2005. Just In Time Manufacturing.
http://www.dushkin.com/text-data/article/22705/22705.mhtml. 20 September
2005.
Tjahjadi, Bambang. 2001. Just In Time Purchasing. JIT Production System:
Pengaruhnya Terhadap Kinerja Produktivitas. Majalah Ekonomi NO.3.
Universitas Airlangga. Surabaya.
DAFTAR ISI
PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL
Beberapa pertimbangan yang diharapkan dapat menjadi perhatian bagi penulis adalah
seperti yang tercantum di bawah ini :
1. Sistematika penulisan
Abstrak/Sinopsis. Bagian ini menyajikan ringkasan penelitian berupa masalah,
tujuan, analisis, serta hasil penelitian yang berkisar antara 150-350 kata (diharapkan
disajikan dalam Bahasa Inggris). Sertakan pula setidaknya tiga buah kata kunci
(keywords) pada bagian akhir abstrak/sinopsis.
Pendahuluan. Merupakan uraian latar belakang atau motivasi penelitian, rumusan
masalah penelitian, serta pernyataan tentang tujuan penelitian.
Untuk artikel research based
Kerangka penelitian dan pengembangan hipotesis. Bagian ini memaparkan
kerangka teoritis berdasarkan telaah literatur yang dapat dijadikan landasan logis
untuk mengembangkan hipotesis.
Metode riset. Menjelaskan metode analisis yang digunakan sehubungan dengan
masalah dan hipotesis yang diajukan, seleksi data, dan pengambilan contoh
(sample), serta pengukuran dan definisi operasional variabel.
Analisis data. Menyajikan dan menguraikan hasil metode analisis data dan
deskripsi statistik yang diperlukan.
Untuk artikel telaah literatur.
Pembahasan dan kesimpulan. Pembahasan penelitian yang didukung hasil
statistika atau hasil literatur yang cukup kuat, disajikan untuk memberikan suatu
kesimpulan tentang topik dan masalah penelitian.
Implikasi dan keterbatasan. Menjelaskan keterkaitan penelitian yang dilakukan
dengan penelitian sebelumnya, mengemukakan keterbatasan penelitian dan bila
perlu memberi saran untuk penelitian yang akan datang.
Daftar referensi. Memuat sumber-sumber yang dikutip langsung atau yang
menjadi acuan dalam penelitian.
Lampiran. Berisikan tabel, gambar, dan instrumen penelitian.
2. Artikel diketik dengan jarak baris dua, jenis huruf Times New Roman, ukuran
12pt, di atas kertas ukuran Quarto, antara 10-20 halaman.
3. Margin atas, bawah, kiri, dan kanan memakai ukuran standar satu (1) inchi.
4. Gambar atau tabel sebaiknya disajikan dalam halaman yang terpisah dengan diberi
nomor urut.
DAFTAR ISI
5. Kutipan dalam teks harus menyebutkan nama akhir penulis dan tahun (tanpa koma)
diantara kurung buka dan kurung tutup.
Contoh :
a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis; (Hasan 1998), jika menggunakan
halaman; (Hasan 1998:321)
b. Satu sumber kutipan dengan lebih satu penulis; (Hasan dan Anwar 1990), jika
menggunakan halaman (Hasan dan Anwar 1990:432)
c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis; (Hasan dkk. 1992) atau
(Kennedy at al. 1998) jika menggunakan halaman; (Hasan dkk. 1992:265) atau
(Kennedy at al. 1998:612)
d. Dua sumber kutipan dengan penulis berbeda; (Hasan 1990; Kennedy 1997)
e. Dua sumber kutipan dengan penulis sama; (Hasan 1990, 1992), jika tahun
publikasi sama; (Hasan 1992a, 1992b)
f. Jika sumber kutipan merupakan institusi atau lembaga, sebaiknya ditulis
akronimnya, misalnya (Bappepam 2001)
6. Referensi yang menjadi sumber kutipan harus dicantumkan di dalam artikel dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Daftar referensi diurutkan berdasarkan alfabetis sesuai dengan nama penulis
atau nama institusi.
b. Penulis diurutkan berdasarkan : Nama penulis. Tahun publikasi. Judul jurnal
atau buku teks. Nama jurnal atau penerbit. Dan nomor halaman.
Contoh :
American Accounting Association. Committee on Concepts and Standars for
External Financial Report. 1997. Statement on Accounting Theory
Acceptence. Sarasota. FL:AAA.
Bringham, E.F. dan I.C. Gapenski. 1996. Intermediate Financial
Management. 5th edition. The Dryen Press. New York.
Jensen, M. dan W. Mecking. 1976. Theory of The Firm : Managerial
Behavioral Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics. Vol.3. 305-306
Artikel diserahkan dalam bentuk disket 3,5”, atau CD, berikut satu eksemplar
hardcopy.
Design & Presented by alhakki
e-mail :alhakki@yahoo.co.id presented by alhakki@plasa.com
DAFTAR ISI